Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pragmatis adalah istilah yang menyatakan sesuatu yang bersifat praktis dan berguna bagi umum, sebagaimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paham pragmatis atau pragmatisme umumnya hadir dalam bidang ilmu filsafat sebagai salah satu aliran pemikiran modern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir ejournal.uksw.edu, kata pragmatis secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pragma atau pragmatikos, yang berarti aksi atau tindakan. Berikut ini penjelasan lengkapnya.
Pengertian Pragmatis
Menurut laman jurnal.ar-raniry.ac.id, pragmatis adalah cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, atau masalah negara dan dagang.
Sementara dalam bahasa Inggris, pragmatis yang disebut sebagai pragmatic merupakan berkaitan dengan hal-hal yang praktis, ide, dan bukan teoritis, serta hasilnya dapat dimanfaatkan langsung dengan tindakan, bukan spekulasi atau abstraksi.
Kemudian, mengacu pada buku berjudul Menelusuri Pragmatisme Pengantar pada Pemikiran Pragmatisme dari Peirce hingga Habermas oleh Anastasia Jessica Adinda S. (2015), pragmatis merupakan sesuatu yang dikaitkan dengan kepentingan praktis, keengganan berproses, atau berorientasi semata-mata pada pencapaian hasil.
Senada dengan hal itu, melansir lib.ui.ac.id, pragmatis merupakan konsekuensi praktis dari gagasan yang menjalani proses pembuktian dan pembenaran gagasan. Sebuah gagasan tersebut diuji dengan pengalaman dan ditemukan benar ketika memberikan kegunaan.
Ciri-Ciri Pragmatis
Terdapat beberapa ciri khas dari pragmatisme, meliputi:
1. Tidak Mempertanyakan Hal Normatif
Pragmatisme tidak meragukan hakikat makna normatif, tetapi mempertanyakan pengertian yang bersifat umum atau yang dapat berlaku secara universal.
Bagi paham pragmatis, segala pengertian yang memiliki tendensi untuk menjelaskan segala sesuatu dalam setiap situasi sangat mustahil untuk dilakukan.
2. Anti-Absolutisme
Penganut paham pragmatis menolak metafisika yang dimaknai sebagai ide umum yang tetap dan terpisah dari pengalaman aktual.
Pragmatisme dianggap sebagai anti-esensialisme karena menolak hal-hal yang fundamental, distingtif, dan umum, seperti kebaikan dan keindahan, serta disebut sebagai relativisme radikal.
3. Anti-Dualisme
Para pemikir pragmatis juga menolak dualisme berdasarkan asumsi terkait hakikat realitas sebagai sesuatu yang terus mengalir, bukan terpecah-pecah dalam unit-unit, serta pendirian bahwa yang utama adalah yang terbukti melalui tindakan. Selain itu, gagasan harus mampu diubah menjadi kenyataan, tidak hanya disalin dari kenyataan.
Sejarah Pragmatis
Latar belakang dari munculnya paham pragmatis terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1. Munculnya Teori Evolusi Darwin
Teori evolusi Charles Darwin banyak mengubah pandangan dunia terkait asal-muasal alam semesta dan manusia yang ditanamkan pendidikan formal atau doktrin agama.
Pragmatisme memperluas pemikiran tentang perjuangan untuk mempertahankan diri (struggle of existence), yang paling dapat beradaptasi yang mampu bertahan (survival of the fittest), dan adaptasi.
2. Keinginan untuk Menguji Filsafat secara Ilmiah
Pelopor paham pragmatis, Peirce tertarik untuk menguji ilmu filsafat secara eksperimental atau ilmiah.
Tujuannya untuk menegaskan atau memperjelas suatu teori normatif melalui investigasi objektif. Kemudian, dia merintis pemikiran filosofis untuk membuat filsafat tradisional menjadi ilmiah.
3. Pengaruh Sosiologis
Paham pragmatis berasal dari interpretasi atas pengalaman hidup para pendahulu bangsa Amerika yang bermigrasi dari Eropa.
Para imigran berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam hidup dengan berbagai metode. Segala sesuatu yang dilakukan ditujukan untuk penyelesaian masalah secara praktis.
Jenis-Jenis Pragmatis
Terdapat empat jenis pragmatis berdasarkan fokus kajiannya, yaitu:
1. Pragmatis Linguistik
Melansir eprints.uny.ac.id, pragmatis sebagai salah satu bidang ilmu linguistik atau pragmatik menekankan pada pengkajian hubungan antara bahasa dan konteks tuturan.
Pragmatik juga didefinisikan sebagai studi terkait kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat.
2. Pragmatis Filsafat
Melansir eprints.umsida.ac.id, pragmatis dalam filsafat adalah aliran yang bersedia menerima segala sesuatu, asalkan berakibat baik atau berguna.
Aliran tersebut mementingkan aspek kebermanfaatan suatu pengetahuan dan bukan kebenaran objektifnya, sehingga tidak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat metafisika.
3. Pragmatis Sosiolinguistik
Melansir repository.uinjkt.ac.id, sosiolinguistik lahir karena kegelisahan tentang kaitan struktur bahasa dengan lingkungannya, sedangkan pragmatis muncul akibat keingintahuan untuk melihat struktur bahasa dengan konteks lain.
Dengan demikian, sosiolinguistik dengan pragmatis tidak dapat melepaskan diri dari konteks tuturan di luar bahasa.
4. Pragmatis Psikologis
Melansir jurnal.uin-antasari.ac.id, metode pengkajian pragmatis dalam pengembangan psikologi mengutamakan aspek praktis dan kegunaannya. Metode pragmatis bersifat responsif, akomodatif, efektif, efisien, dan toleran untuk membangun psikologi.
Contoh Sikap Pragmatis
Adapun beberapa contoh sikap pragmatis sebagai berikut:
- Memilih jalan alternatif yang lebih singkat ketika terjebak macet.
- Memperbaiki sendiri barang yang rusak dibandingkan membeli yang baru.
- Mengubah rencana liburan karena cuaca buruk.
- Mencoba pengganti bahan makanan dengan bahan yang tersedia di rumah.
- Memprioritaskan penyelesaian pekerjaan dengan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan berorientasi pada prosedur yang kaku.
- Menggunakan alat bantu untuk meningkatkan produktivitas.
- Memilih sumber belajar yang paling efektif dan efisien.
Pilihan Editor: Pengertian Eksistensi, Ciri-Ciri hingga Contoh Penggunaannya