Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Air di Teras dan Rambut Lepek

Perang antara penentang dan pendukung Anies Baswedan terjadi di media sosial. Melibatkan jajaran pemerintah DKI.

11 Januari 2020 | 00.00 WIB

Banjir di Jalan Pedengkolan, Jakarta Utara, 1 Januari 2020. TEMPO/Ahmad Tri Hawaari
Perbesar
Banjir di Jalan Pedengkolan, Jakarta Utara, 1 Januari 2020. TEMPO/Ahmad Tri Hawaari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Para pendukung Jokowi ramai-ramai menyerang Anies Baswedan di media sosial.

  • Pendukung Anies membalas dengan membawa narasi keberhasilan Gubernur DKI.

  • Perang di media sosial itu menaikkan popularitas Anies.

BERDURASI tujuh menit, video mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diunggah di akun YouTube CokroTV dua hari setelah tahun berganti. Dimulai dengan kumpulan berbagai video banjir yang melanda Ibu Kota, tampillah Ade Armando berbicara tentang kegagalan penanganan bah di Jakarta. Ade mengkritik Anies karena sang Gubernur tak meneruskan kebijakan normalisasi sungai yang dilakukan dua gubernur sebelumnya, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.

Hingga Sabtu pagi, 11 Januari lalu, video itu ditonton 1,15 juta kali. Kepada Tempo, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia itu bercerita bahwa video tersebut dibuat pada Kamis siang, 2 Januari, atau sehari setelah banjir melanda Jakarta. Ade meninggalkan rumahnya di Bogor, Jawa Barat, untuk membuat rekaman di markas CokroTV di Jalan H O.S. Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat. Dia sempat mengajak teman-temannya di CokroTV membuat video bersama, tapi mereka masih berlibur di luar kota.

“Banjir ini menjadi momentum untuk mendelegitimasi Gubernur Jakarta,” ujar Ade pada Selasa, 7 Januari lalu. Mengaku sebagai pendukung Presiden Joko Widodo, Ade tak menampik anggapan bahwa video tersebut merupakan serangan politik terhadap Anies. Tapi dia mengklaim video itu sebagai akumulasi kekecewaan publik terhadap kinerja Anies.

Serangan kepada Anies membesar di media sosial setelah banjir. Data Drone Emprit, situs pemantau media sosial, menunjukkan nama Anies sering disebut di media sosial sejak 31 Desember 2019 hingga 6 Januari lalu. Puncaknya pada 4 Januari lalu, sebanyak 240 ribu kali. Menurut Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, selama periode itu, muncul berbagai tanda pagar yang menyerang Anies, seperti #4niesMundurlah dan #4niesgabisakerja. “Setidaknya ada sepuluh tagar negatif untuk Anies yang menjadi trending topic,” kata Fahmi.

Nong Darol Mahmada, pendiri CokroTV, yang juga pendukung Jokowi dan Basuki, mengaku turut menyiapkan konten dan tagar di Twitter. Diskusi penggodokan narasi dan tagar digelar di sisa-sisa grup WhatsApp pendukung Jokowi. Salah satu konten yang dicuitkan adalah pengalaman banjir. Nong melalui akun Twitternya memamerkan genangan air yang masuk ke teras rumahnya. Dia juga mencuit ulang konten video tentang kekeliruan Anies, yang tidak melanjutkan normalisasi sungai, dari akun suaminya, Guntur Romli.

Menurut Nong, pertarungan di media sosial untuk membuat tagar-tagar tersebut tetap berada di urutan teratas lebih mudah dibanding saat kampanye pemilihan presiden 2019. Sebab, tagar itu juga dinaikkan oleh warganet yang terkena banjir. “Jadi kami hanya memicu tanpa perlu ada embel-embel pulsa atau robot yang menggerakkan,” ujarnya. Ismail Fahmi pun menyatakan topik soal banjir dan Anies dinaikkan oleh cuitan netizen manusia, bukan robot.
 
Data Drone Emprit juga menunjukkan para pendukung Anies berupaya melawan obrolan negatif di media sosial. Serangan balik itu, kata Fahmi, melibatkan sejumlah influencer atau pemengaruh media sosial. Dari data Drone Emprit, salah satu pemengaruh itu adalah Helmi Felis, yang cuitannya cukup sering di-retweet. Helmi memiliki lebih dari 94 ribu pengikut di Twitter.

Pada 1 Januari lalu, misalnya, Helmi menampilkan gambar Anies yang terlihat sedang duduk sambil minum teh di gelas plastik dengan rambut lepek. Dalam foto itu, terlihat Anies dikelilingi sejumlah orang. Salah satunya mengenakan jas hujan berwarna hijau. “Gubernur gue kerja untuk rakyat,” begitu Helmi memberikan keterangan dalam foto tersebut.

Foto yang dibagikan Helmi menjadi viral. Namun dia dihujat di media sosial karena dianggap menyebarkan hoaks. Sebab, foto tersebut terdeteksi diambil pada 2017. Kepada Tempo, Helmi membenarkan kabar bahwa foto itu tidak diambil saat banjir awal tahun ini. Dia tak menyebutkan keterangan itu dengan alasan ada keterbatasan karakter di Twitter. “Tujuan saya untuk meng-counter narasi yang menyudutkan Anies,” katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus