Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADE Surya tak mengungsi. Dalam gelap, ia meriung di ruang tamu rumahnya bersama keluarga dan tetangga. Gemuruh letusan Gunung Merapi tak menggerakkan mereka panik mengungsi. ”Kan rumah saya ndak masuk radius bahaya,” katanya ketika ditemui di Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta, Jumat pekan lalu.
Mahasiswa semester lima Universitas Negeri Yogyakarta itu tinggal di Dusun Branggong, Argomulyo, Cangkringan, sekitar 18 kilometer dari puncak Merapi. Pada hari itu, radius bahaya ditetapkan 15 kilometer dari puncak. Beberapa menit setelah letusan, menjelang tengah malam, tiba-tiba suasana berubah gawat. Di mana-mana terdengar, ”Astaghfirullah…, astaghfirullah….”
Angin kencang dan asap pekat menerjang pintu dan jendela rumahnya. ”Debunya panas,” kata Ade. ”Saya sesak, ngeri, ada debu menyala mirip percikan orang sedang mengelas besi,” katanya. Ia menghambur ke kamarnya di lantai dua, menyuruk di bawah kasur.
Beberapa menit kemudian, ia memanggil-manggil keluarganya. Senyap. Ia melihat mayat bergelimpangan. Ibu dan adik perempuannya tewas. Tubuh penuh debu panas. Dari 15 orang di rumah itu, hanya dia yang selamat.
Kamis dinihari, sekitar pukul 01.00, zona tidak aman diperluas hingga 20 kilometer. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, letusan Merapi kali ini berbeda dibanding beberapa letusan sebelumnya. ”Letusan ini sangat istimewa dan membuat saya deg-degan,” katanya.
Energi yang dihasilkan kali ini mencapai 880.000 x 10 pangkat 12 erg. Ini hampir tiga kali lipat dari akumulasi energi letusan pada 1997, 2001, dan 2006. Sebagai perbandingan, energi letusan Gunung Tambora, April 1815, sekitar 1.44 x10 pangkat 27 erg atau 171.428 kali bom atom. Letusan di Ternate itu terdengar dari Jakarta, dengan volcanic explosivity index 8.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi R. Sukhyar menyatakan letusan Merapi pekan lalu terdahsyat dalam seratus tahun terakhir. Baru kali ini terjadi letusan langsung dengan volcanic explosivity index mencapai angka 4. ”Sama dengan tahun 1872,” katanya. Letusan 1872 menyebabkan semua hunian di ketinggian 1.000 meter luluh-lantak.
Letusannya pun tanpa henti selama berhari-hari. Semua arah kena. ”Persis seperti gambaran Raden Saleh dalam lukisannya,” katanya. Magma kental, konsentrasi gas tinggi, letusan vertikal kolom jatuh jadi awan panas. Adapun pada 1872, letusan tanpa henti terjadi selama 120 jam.
Surono menambahkan, sebaran awan panasnya tak seperti biasa. Selama ini, awan panas hanya menyembur ke barat dan timur, tapi kini sebarannya ke segala arah. ”Ini lantaran energi yang dikeluarkan Merapi tiga kali lipat.”
Isyarat yang dikirim Merapi pun beda. Biasanya Merapi akan beraksi melalui dua isyarat, pembentukan kubah lava dan menunggu api diam. ”Tapi dua tanda empiris model lama itu tidak ada,” kata Surono. Satu-satunya tanda Merapi berulah adalah munculnya guguran lava yang menimbulkan suara gemuruh, meski tak berpijar.
Menurut pengamat dan mantan peneliti Gunung Merapi dari Institut Teknologi Bandung, Asnawir Nasution, material yang terlontar dipastikan banyak batuan andesit dibanding basaltis, seperti biasanya. ”Semakin asam, tingkat letusan gunung semakin tinggi,” kata Asnawir.
Dampaknya, dalam beberapa pekan atau bulan—tergantung ketebalan abu vulkanik di suatu daerah—abu itu akan mengurangi gas oksigen di tanah maupun air. Untuk sementara waktu, abu Merapi akan meracuni tanah. ”Kelak, jika kadar asam turun dan kembali normal, tanah yang tersiram abu Merapi bakal subur.”
Purwani Diyah Prabandari (Jakarta), Bernada Rurit, M. Taufik, Muh Syaifullah (Yogyakarta), Anwar Siswadi (Bandung)
Merapi dalam Letupan
1872:
- Volcanic explosivity index 4
- Dampak sampai Karawang dan Preanger (Jawa Barat), Madura dan Bawean (Jawa Timur)
- Arah luncuran awan panas ke barat dan selatan (Kali Blongkeng, Woro, dan Gendol)
- Hunian di atas 1.000 meter hancur
- Lama letusan 120 jam
- Tinggi puncak Merapi 2.500 meter di atas permukaan air laut
2006:
- Sebaran endapan awan panas 7 kilometer ke arah Kali Gendol.
- Sektor yang meliputi endapan awan panas:
- Barat daya: hulu Kali Krasak/Kali Bebeng, dan Kali Bedog
- Selatan: Kali Boyong, Taman Wisata Bebeng, Kali Gendol, sebagian hutan Gunung Cemoro, Gunung Kukusan, dan Gunung Kendil di Jawa Timur
- Lahar mencapai 17 kilometer
- Material 6 juta meter kubik
- Dua relawan Tim SAR tewas
2010:
Sumber: ”Historical Eruption of Merapi Volcano, Central Java, Indonesia. 1768-1998” di Journal of Volcanology and Geothermal Research 100, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo