AKHIR September lalu 2 pengikut utama gerakan Hasan Tiro di Aceh
menyerah. Gambar mereka pernah disiarkan dalam 25 ribu lembaran
seruan Panglima Kodam I Iskandar Muda. Mereka adalah ir Asnawi
Ali yang disebut sebagai "Menteri PUTL" dan Amir Ishak, B.A.,
"Menteri Perhubungan " Bersama mereka juga menyerah kepada yang
berwajib di Banda Aceh Husin Abdullah, Abdullah Syeh, Abu Rahman
dan Ganto Yusuf. Sedangkan "Menteri Keuangan" Muhammad Usman
ditangkap di Medan, ketika hendak mengirim bahan logistik dan
obat-obatan. (TEMPO, 7 Oktober 1978).
Menurut pengakuan Asnawi dan Amir Ishak, mereka menyadari
kebodohan mereka, "meski kami sarjana." Selama dalam hutan,
selain menderita mereka juga sempat makan daun-daunan karena
ketiadaan makanan.
Pada 23 Oktober lalu Amir datang ke Luengputu di kabupaten Aceh
Pidie. Dia minta maaf kepada penduduk setempat. "Akibat
perbuatan kami selama ini keamanan dan ketenteraman penduduk di
Aceh Pidie ini khususnya jadi terganggu, terutama tak bisa cari
makan, tidak aman mencari kayu ke dalam hutan atau pun
menembala ternak," katanya. "Apa yang kami lakukan bersama
Hasan Tiro adalah petualangan". Menyadari hal itu, kata Amir
lagi, dia bersama ir Asnawi Ali dan beberapa temannya yang lain
turun dari gunung dan menyerahkan diri pada berwajib di Bukit
Lhok Leumani di kecamatan Batee. Dia meninggalkan Medan dan
masuk gerombolan Hasan Tiro bersama Asnawi dan kawan-kawan sejak
29 Mei 1977.
Amir yang kelihatan segar itu juga mengunjungi keluarga dr
Zaini, temannya yang kini tak diketahui di mana berada.
Menurut pengakuan Amir Ishak pada istri dr Zaini 9 tokoh yang
gambarnya terpampang di pamflet Kodam I itu tidak kumpul, dan
berada di tempat persembunyian yang terpencar-pencar akibat
tekanan dari operasi ABRI selama ini. "Mereka hanya tinggal
beberapa orang lagi, selain mengembara, hubungan mereka sudah
lama saling terputus," kata sumber TEMPO di Sigli.
Bersama Anak Bini
Bekas 3 "Menteri" tadi, kini menghimbau teman-temannya yang
masih berada di gunung atau gle untuk menyerah. Mereka menyebut
ajakan itu sebagai "Pesan Kepada Teman-teman Yang Masih Berada
di Gunung" atau Peusan Keu Rakan-rakan Nyangna Mantong Di Gle,
ditulis tangan dalam aksara Latin dalam bahasa Aceh. Bunyi pesan
yang mereka tanda tangani itu nadanya puitis. Misalnya Asnawi
yang mengajak: "Turun saudaraku, turunlah. Kampung-kampung ini,
pasar-pasar di sini dan kota-kota yang ada di Indonesia, masih
tetap menerima anda dengan baik, kenapa mesti anda menyusahkan
diri dalam gunung? Turun, hai saudara, turunlah ! "
Amir Ishak selain menyebutkan rekan-rekannya yang lebih dahulu
menyerah ternyata diterima di tengah masyarakat dengan lapang
dada, juga "dibimbing menurut pantasnya sebagai manusia yang
beradab." Harapan Pemerintah kata Amir Ishak dalam tulisannya
itu, agar semua yang masih bersembunyi dalam hutan, segera
kembali ke masyarakat dan dapat hidup lagi sebagai mana lazimnya
selama ini bersama anak bini tercinta.
Sedang Muhammad Usman juga menambahkan bahwa, "keselamatan anda
dijamin." Karena itu: "jangan sangsi, hari ini juga segeralah
turun, agar kita bangun daerah ini yang sudah begitu tertinggal
di belakang."
Menurut sumber TEMPO selebaran yang dicetak offset di kertas
kwarto itu dan sudah disebarkan berjumlah sekitar 10 ribu.
Selebaran itu selain memuat foto mereka, juga gambar Amir Ishak
bersama isteri dan ketiga anak dr Zaini. Amir mengatakan, dia
berkunjung ke sana setelah belum lama turun dari tempat
persembunyiannya di gunung.
Banyak orang-orang tua di Aceh menyambut kembalinya mereka
engan mata berlinang karena gembira. Kata seorang tua:
"Alhamdulillah. Mereka akhirnya menemukan kembali jalan yang
terbaik."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini