Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra mengklaim serius membangun koalisi untuk pemilihan presiden 2024.
PKB semula dikabarkan membangun koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat, tapi kabar itu sempat ditepis sejumlah pengurus partai.
Gerindra menunggu waktu dan akan dilakukan sesuai dengan mekanisme partai untuk mengusung nama calon presiden dan wakil presiden
JAKARTA — Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra mengklaim serius membangun koalisi untuk pemilihan presiden 2024. Keduanya menyatakan kerja sama yang dibangun makin dekat dan mesra. “Kami ingin hubungan ini menjadi simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan, memberi manfaat, dan menguatkan untuk kemenangan pemilihan presiden 2024,” kata Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, kepada Tempo, Ahad, 3 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jazilul mengisyaratkan hubungan PKB dan Gerindra seperti bunga dan lebah. Bertemu untuk saling memberi manfaat. Bahkan dia mengklaim kedua partai sudah sering membuat pertemuan tidak resmi yang melibatkan masing-masing struktur partai dari tingkat pusat dan wilayah. Terakhir, Jazilul menyebutkan pertemuan antar-pengurus tingkat cabang juga dilakukan di Kabupaten Jepara serta beberapa daerah lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PKB semula dikabarkan membangun koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Namun kabar itu sempat ditepis oleh sejumlah pengurus partai. Tak lama setelah itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bertamu ke rumah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, pada 18 Juni lalu. Selepas pertemuan tersebut, politikus Partai Gerindra menyatakan mereka sudah bersepakat membangun koalisi dengan PKB.
Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid. Dok Tempo/Fakhri Hermansyah
Setali tiga uang, Jazilul juga optimistis terhadap koalisi yang mereka bangun dengan Gerindra. Dia yakin koalisinya akan memenangi pemilihan umum lantaran sosok Muhaimin yang dia sebut sebagai “Panglima Santri”, yang mewakili Islam moderat, serta Prabowo sebagai “Panglima Militer” yang nasionalis. Jadi, dia yakin nantinya kedua partai bakal saling melengkapi untuk pemenangan Pemilu 2024.
Jazilul juga menceritakan latar belakang partainya mendekat ke Gerindra. Hal itu didasari kebutuhan ambang batas syarat pencalonan presiden alias presidential threshold sebesar 20 persen kursi parlemen atau 25 persen suara pemilih. Dia menyebutkan kedua partai belum memenuhi syarat tersebut jika berjalan sendiri-sendiri. Setelah bergabung, suara kedua partai menjadi 23,64 persen, yang terdiri atas 13,5 persen kursi Gerindra dan 10,08 persen kursi PKB di parlemen.
“Artinya bukan saling menggoda, melainkan saling membutuhkan untuk memenuhi syarat dan rukun menjadi calon presiden dan calon wakil presiden,” kata Jazilul. Dia juga menyatakan kedua partai sudah membicarakan kandidat calon presiden dan calon wakil presiden yang bakal mereka usung. Namun dia belum menyebutkan nama karena masih mendengarkan aspirasi dari masing-masing kader dan pengurus di tingkat daerah hingga pusat.
Adapun Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, juga mengakui hubungan partainya dengan PKB semakin lengket melalui Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Namun mereka belum memutuskan nama calon presiden dan calon wakil presiden. “Gerindra menunggu waktu dan akan dilakukan sesuai dengan mekanisme partai,” kata Dasco.
Mekanisme partai yang dimaksudkan adalah Gerindra akan menggelar rapat pimpinan nasional pada akhir Juli mendatang. Nantinya pengurus Gerindra bakal meminta kesediaan Prabowo diusung oleh Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sebagai calon presiden. Hal itu juga merujuk pada tahapan di partai berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART).
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, memprediksi koalisi Gerindra dan PKB akan sulit menang dalam pemilihan presiden bila memasangkan Prabowo dan Muhaimin. Semestinya koalisi tersebut menggabungkan Prabowo dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang merupakan kader PKB. “Memasangkan Prabowo-Muhaimin itu bukan pilihan bijak. Lebih baik menawarkan Khofifah sebagai calon wakil presiden dibanding Muhaimin.”
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai koalisi Gerindra dan PKB bisa menang, tapi bergantung pada komposisi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden serta lawan politiknya. “Prabowo, jika diusung dengan koalisi yang elektabilitas calon wakil presidennya rendah, justru cenderung turun suaranya,” kata dia.
Artinya, koalisi yang dibangun Gerindra dan PKB harus mengusung pendamping yang mampu mengimbangi suara Prabowo. Jadi, mereka harus berani mencari sosok calon wakil presiden di luar partai. Adi menyebutkan sejumlah nama yang berpeluang, yakni Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, atau Khofifah. Komposisi ini bergantung pada kepentingan masing-masing partai politik dalam koalisi untuk pemilihan presiden 2024.
AVIT HIDAYAT | IMA DINI SHAFIRA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo