Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) akan melakukan sidang etik terhadap salah satu tenaga pengajarnya, Zainul Maarif yang beberapa waktu lalu menemui Presiden Israel, Isaac Herzog.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unusia menganggap pertemuan yang dilakukan Zainul Maarif adalah pertemuan individual, sehingga tidak ada kaitan apa pun dengan kampus. Zainul adalah seorang dosen filsafat yang mengajar di Unusia. Diketahui pula bahwa yang menemui Presiden Israel tersebut berjumlah lima orang, termasuk Zainul Maarif tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan yang dilakukan oleh Zainul Maarif berdampak terhadap reputasi Unusia dan kebijakan yang akan diambil nantinya. Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Gus Saifullah Yusuf mengatakan bahwa pihaknya saat sedang mendalami kasus yang dilakukan oleh salah seorang tenaga pengajar dari Unusia tersebut. Saifullah pun menambahkan bahwa pihaknya pun akan segera memanggil lima orang ikut terlibat mengunjungi Presiden Israel tersebut, termasuk Zainul.
“Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan,” katanya dari laman resmi NU Online.
Ketua PBNU, Savic Ali menyebutkan bahwa kunjungan yang dilakukan tersebut dinilai sebagai tindakan seseorang yang tidak memahami geopolitik, tidak mengerti kebijakan NU secara organisasi dan perasaan seluruh warga NU. Savic pun menegaskan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh kelima orang tersebut dilakukan tidak atas nama organisasi.
Profil Unusia
Unusia adalah kampus yang berlokasi di Jalan Taman Amir Hamzah, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Unusia adalah lembaga pendidikan di bawah naungan Perkumpulan Nahdatul Ulama atau NU yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia.
Lebih lanjut, Unusia dengan tegas menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap kemerdekaan Palestina dan mengecam keras segala bentuk praktik geneosida oleh Israel terhadap Palestina hingga saat ini. Hadirnya Zainul Maarif yang mengunjungi Presiden Israel tersebut berdampak langsung terhadap reputasi Unusia dan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut.
Profil Unusia saat ini menjadi sorotan terhadap berita kunjungan yang dilakukan oleh Zainul tersebut. Melansir dari laman resmi unusia.ac.id, sejak berdirinya NU dari 1926, telah banyak lembaga pendidikan yang didirikan olehnya, seperti Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah Awaliyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Mulallimin Wustha dan Ulya. Kemudian pada 1999, Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) pada 1998 membentuk sebuah Yayasan yang diberi nama Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama (YPTNU). Pada 1999, Yayasan ini bekerja sama dengan para tokoh NU dan berencana mendirikan Universitas Nahdatul Ulama yang bertaraf internasional.
Rencana tersebut mulai diwujudkan secara bertahap dengan berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdatul Ulama pada 2003. Pada 2015, izin Penyelenggara Universitas diberikan melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan total sepuluh Program Studi pada masa tersebut.
Sehingga pada 2016 melalui Rekomendasi Kementerian Agama RI dan Rekomendasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi maka pengurus Besar Nahdatul Ulama mengeluarkan Surat Keputusan penggabungan STAINU Jakarta ke Universitas Nahdatul Ulama Indonesia. Melalui SK Dirjen Diktis pada 2017, STAINU secara resmi berubah nama menjadi Universitas Nahdatul Ulama Indonesia dan memiliki 16 Program Studi.
Hingga saat ini, Unusia memiliki 16 Program Studi yang terdiri dari Fakultas Hukum, Fakultas Islam Nusantara, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Selain itu, program pendidikan yang tersedia di Unusia meliputi program sarjana, pascasarjana, dan doktoral. Dari beberapa fakultas juga terdapat menyelenggarakan program internasioan baik pada program sarjana maupun pascasarjana. Dengan berdirinya sebagai perguruan tinggi, Unusia memiliki visi menjadi universitas unggul yang berkarakter Ahlussunnah Wal Jamaah An-nahdiyah. Selain itu, Unusia juga memiliki misi menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter Aswaja.