Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Putar-putar Satu Putaran

Perang iklan Gerakan Satu Putaran dan penentangnya muncul di media massa. Penggagas proyek ini menggelar presentasi di Cikeas.

29 Juni 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIREKTUR Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia Denny Januar Ali pernah punya tempat istimewa di hati Megawati Soekarnoputri. Sementara tamu lain harus memarkir kendaraannya di luar halaman kediaman Mega di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Denny bisa langsung membawa mobilnya masuk pekarangan.

Ia memang dilibatkan dalam rapat-rapat kampanye sebelum pemilihan umum legislatif April lalu. ”Kami meminta pemikiran-pemikirannya sebagai konsultan politik,” ujar Arif Budimanta, salah satu ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Kamis pekan lalu.

Kedekatan itu berawal pada September 2008, ketika Lingkaran Survei diminta memoles citra PDIP. Lembaga itu diminta membuat survei, merancang strategi kampanye yang pas buat Partai Banteng dan memasang iklan di media massa.

Pemilihan legislatif 9 April lalu menempatkan partai itu di urutan ketiga setelah Partai Demokrat dan Partai Golkar. Hasil pemilihan itu mengakhiri hubungan khusus Denny dengan PDIP. ”Saya mengirim SMS ke Ibu Mega, Pak Taufiq Kiemas, dan beberapa orang di partai itu,” kata Denny. ”Saya mundur sebagai konsultan politik mereka.”

Belum sampai purnama berikutnya, Denny memainkan peran baru. Ia giat berkampanye agar pemilihan presiden hanya berlangsung satu putaran. Mengutip hasil sigi, ia pun mempromosikan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, yang menurut dia memiliki potensi untuk melibas dua lawannya hanya dalam satu putaran pemilu. Iklan gerakan ini dipasang di berbagai media massa. ”Saya juga berkeliling ke tujuh provinsi untuk kampanye,” Denny mengklaim.

Menurut Undang-Undang Dasar, pemilihan presiden selesai dalam satu putaran jika salah satu pasangan calon memperoleh lebih dari 50 persen suara. Syarat lain: pasangan itu memperoleh setidaknya seperlima jumlah suara di 17 provinsi. Denny menilai, syarat sebaran suara ini akan tercapai jika Yudhoyono memperoleh 70 persen suara.

Iklan Denny dibalas oleh gerakan sebaliknya: menentang pemilihan presiden satu putaran. Mengatasnamakan Koordinator Nasional Solidaritas Masyarakat Peduli Demokrasi, Ismed Hasan Putro memasang advertensi di beberapa penerbitan. ”Kami mengeluarkan Rp 500 juta, termasuk iklan di koran-koran daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” ujar Ismed.

l l l

DENNY J.A. menilai kekalahan Partai Banteng dalam pemilu legislatif disebabkan oleh blunder soal Bantuan Langsung Tunai. Pada masa kampanye, Megawati menyerang program pemberian dana kepada kelompok miskin akibat kenaikan harga bahan bakar minyak itu. Padahal rakyat kecil, yang merupakan konstituen partai itu, justru menikmatinya.

Lingkaran Survei segera menggeber iklan yang ”meralat” sikap Mega. Pada iklan televisi, ketika itu ditayangkan kader Banteng membantu penyaluran Bantuan Langsung Tunai. Namun, usaha ini kurang manjur.

Menurut sumber di Lingkaran Survei, begitu melihat suara PDIP ambruk di pemilu legislatif, Denny merancang skenario lain. Ia menyarankan Mega berkoalisi dengan Partai Demokrat. Skenario lain: memasangkan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra dengan Puan Maharani, putri Mega. Taufiq Kiemas, suami Mega, meminta Denny menjajaki dua kemungkinan itu.

Denny lalu menghubungi Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa, menyampaikan kemungkinan Banteng bergabung dengan Demokrat. Mereka menyusun rencana mempertemukan Yudhoyono dengan Mega yang didahului pertemuan Yudhoyono dengan Taufiq. Denny juga menghubungi orang-orang dekat Yudhoyono, seperti Marzuki Alie, Hayono Isman, dan Irvan Edison. Pada saat yang sama, ia menjalin komunikasi dengan orang-orang Prabowo.

Taufiq Kiemas tampaknya cukup antusias dengan skenario pertama. Itu sebabnya, Hatta Rajasa sempat berkunjung ke rumahnya di Jalan Teuku Umar. Namun, Megawati tetap ingin maju menjadi calon presiden. ”Kakakmu belum setuju. Tunda dua rencana itu,” kata Taufiq kepada Denny, seperti ditirukan seorang sumber. Denny dan Taufiq punya sumber kedekatan: keduanya sama-sama dari Palembang. Setelah mengajukan dua skenario itu, Denny tak lagi dilibatkan dalam rapat-rapat yang dipimpin Mega. Sang Ibu ngambek. Denny pun mundur teratur.

Toh, akses Denny ke lingkaran Yudhoyono telah terhubung. Ia lalu menawarkan konsep Gerakan Satu Putaran kepada Hatta. Gerakan ini tak mungkin dilakukan tim resmi, karena akan menimbulkan kesan arogan. Maka, Denny menyorongkan Lembaga Studi Demokrasi, yang ia bikin pada 2003, sebagai operator. Ia lalu meminta waktu untuk mempresentasikan gagasannya kepada Yudhoyono.

Presentasi dilakukan di rumah pribadi Yudhoyono di Cikeas pada 6 Juni. Tuan rumah didampingi mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal (Purnawirawan) Djoko Suyanto dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie. Hatta tidak hadir karena sedang mantu. Dimintai konfirmasi soal ini, Marzuki mengelak. Namun, Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, membenarkannya.

Denny tak membantah atau membenarkan cerita ini. ”Dari mana Anda tahu saya bertemu SBY?” katanya. ”Jangan sayalah yang cerita.” Denny mengatakan telah melibatkan semua jaringannya buat menyukseskan Gerakan Satu Putaran. Di antaranya menggunakan Citra Indonesia, Citra Public, Perhimpunan Peduli Indonesia, dan Lingkaran Survei Kebijakan Publik. Lembaga-lembaga itu merupakan anggota grup Lingkaran Survei Indonesia dan dipakai Denny ketika mendapat kontrak menjadi konsultan politik pada pemilihan kepala daerah.

Demokrat tak keberatan dengan gerakan Denny. ”Dia cerdas mengambil momen. Ia mengambil peran pada saat yang tepat,” kata Mubarok. Adapun politikus Banteng menganggap Denny sebagai pengkhianat. Arif Budimanta berkomentar kalem: ”Masing-masing punya hak politik. Sebagai orang Timur, mestinya (dia) menjaga fatsun.”

l l l

GERAKAN anti-satu putaran menuding iklan Denny telah mengintimidasi pemilih. Dalam iklan itu ditulis pemilihan satu putaran akan menghemat biaya. ”Demokrasi mau dirusak oleh petualang—orang-orang yang mencari keuntungan materi dan kekuasaan,” ujar Ismed.

Ismed mengatakan, iklan kelompoknya dipasang berdasarkan keputusan rapat aktivis Masyarakat Profesional Madani, Rabu tiga pekan lalu. Ia merupakan ketua kelompok itu. Rapat itu meminta Ismed tampil dengan bendera Solidaritas Masyarakat Peduli Demokrasi, dan akan memasang iklan di sejumlah penerbitan.

Ia mengatakan tidak memiliki afiliasi politik dengan salah satu calon presiden. Menurut dia, aksinya dilakukan untuk melawan gerakan satu putaran yang mungkin dilakukan untuk pemilu curang. ”Nanti Babinsa bergerak dan Komisi Pemilihan Umum melegitimasinya,” ujarnya.

Fadhil Hasan, penasihat ekonomi tim Jusuf Kalla-Wiranto, yang dekat dengan Ismet, mengatakan temannya itu tidak masuk tim. Namun, menurut dia, preferensi politik Ismed pastilah ke Jusuf Kalla. ”Dia tentu akan mendukung JK, yang sama-sama alumnus Himpunan Mahasiswa Islam,” ujarnya.

Budi Setyarso, Iqbal Mutarom, Agus Supriyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus