R ternyata berbahaya. Rumus nilai STTB, yang sudah ditentukan dengan menaruh bobot tinggi pada nilai Ebtanas, ternyata harus diubah. Rumus (P + Q + 3R):5 bisa mengakibatkan hanya 20% dari sekitar 450.000 peserta Ebtanas SMA seluruh Indonesia yang lulus. Sebab, R atau nilai Ebtanas di mana-mana sangat rendah. Sumber TEMPO di Medan mengatakan, untuk wilayah Sumatera Utara, nilai Fisika, Biologi, Matematika, dan Bahasa Indonesia sebagian besar peserta Ebtanas antara 1 dan 3. Bahkan ada yang mendapatkan angka di bawah 1, yaitu 0,9. Sementara itu, di Jawa Timur, nilai Eisika diketahui rata-rata antara 2 dan 3. Padahal, dengan rumus itu berarti nilai rapor semester V dan VI (P dan Q) hanya berbobot 40%. Sementara R 60%. Ini menunjukkan bahwa R memang dianggap penting. Karena itu, dalam rumus itu R menentukan besar-kecilnya nilai STTB. Dengan mengubah rumus menjadi (P + Q+ 0,2R):2,2, bobot R menjadi sangat rendah, kurang dari 10%. Maka, angka 10 atau 4 tak banyak berbeda, hanya menyumbang kurang dari 1 dan kurang dari 0,4. Nilai STTB akan ditentukan oleh nilai rapor, lebih dari 90%. Bagi siswa yang nilai rapornya rendah, ini jelas tak menguntungkan. Sebab, nilai Ebtanas tak banyak membantu. Sebaliknya, siswa dengan rapor cemerlang benar-benar akan diuntungkan dengan perubahan rumus ini. Bisa dipahami bila beberapa SMA swasta yang memasukkan nilai rapor apa adanya merasa dirugikan. Di Medan, menurut sumber TEMPO, rumus itu hanya diubah dengan menyejajarkan bobot semua faktor: (P + Q + R):3. Berapa pun perubahan bobot R, yang jelas di bawah atau paling tinggi sama dengan bobot nilai rapor. Dengan kata lain, Ebtanas atau ujian negara tahun ini tak jauh berbeda dengan ujian sekolah tahun lalu. Yang menentukan tetap nilai rapor, yang ditentukan oleh pihak sekolah. BB Laporan Burhanudin Lubis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini