Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Ramalan Mantik Ternyata Benar

Tanah longsor di desa rerer, kec. kombi, minahasa. akibat pembabatan hutan lindung untuk memperluas kebun cengkih. tujuh buah rumah lenyap, berikut penghuninya. (ds)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI Paskah 17 April lalu rupanya hari bencana bagi Desa Rerer. Ketika sebagian besar penduduk desa sedang menghadiri kebaktian di sebuah gereja yang ada di sana, di bagian lain desa itu tujuh buah rumah tiba-tiba lenyap dari permukaan bumi. Dan paling sedikit 25 orang terkubur hidup-hidup. Dalam sekejap penduduk desa di Kecamatan Kombi, Minahasa (Sulawesi Utara) itu pun bubar dari gereja. Tapi yang mereka lihat di tempat kejadian tak lebih dari sebuah tebing yang sebagian tanahnya telah mengelupas lalu menimbun ke-7 rumah yang ada di bawahnya. Bahkan sebuah di antara rumah tadi langsung terjun ke dasar sungai yang mengalir di kaki bukit. Sungai itu sedang banjir. Bukit itu, Goulang namanya, dipenuhi pohon cengkih. Karena hujan teramat deras yang turun sejak pagi hari, tanahnya longsor dan langsung menimbun ke-7 rumah yang berdiri di kakinya Tak seorang pun penghuni rumah-rumah tadi sempat menyelamatkan diri. Dari 25 orang terkubur, kemudian dua orang di antaranya dapat diselamatkan dalam keadaan hidup. Keduanya ternyata berhasil keluar dari timbunan tanah, tapi nyaris dihanyutkan sungai yang banjir. Hutan Lindung Selain terhalang oleh hujan deras, usaha penggalian terhambat karena luas areal timbunan tanah tak kurang dari 50 x 60 meter. Sehingga baru keesokannya berbagai peralatan dikerahkan untuk mencari korban. Sampai hari ke-4, hanya ditemukan 11 mayat. Tapi yang masih tetap terkubur diperkirakan lebih dari 12 orang --seperti catatan resmi. Sebab beberapa saat sebelum peristiwa itu terjadi, seorang penduduk melihat sekitar delapan orang numpang berteduh di kolong salah satu rumah yang kemudian longsor itu. Mereka diperkirakan pendatang dari Gorontalo sebagai buruh kebun atau pembantu rumah tangga. Desa Rerer terkenal makmur, karena hampir semua penduduknya memiliki kebun cengkih yang tersebar di sekitar desa itu. Berpenduduk 2.000 jiwa lebih (547 KK), setiap musim, desa ini menghasilkan sekitar 1.000 ton cengkih. Karena itu tak heran di desa yang dikelilingi beberapa bukit ini terdapat 97 buah mobil pribadi, 270 buah sepeda motor dan 231 pesawat televisi, sebagian berwarna. Tapi desa ini ternyata miskin hutan. Beberapa tahun lalu, bukit-bukit yang mengitari Rerer masih berhutan lebat. Tapi rupanya penduduk masih merasa tanaman cengkih mereka yang berjumlah tak kurang dari 300.000 batang dan telah berbuah itu, masih kurang. Untuk memperluasnya, beramai-ramailah mereka membabati hutan di bukit-bukit tadi. "Padahal semua itu hutan lindung," tutur seorang pejabat dari Ketertiban Umum kantor Gubernur Sul-Ut, Drs Boy Londa. Dan lebih celaka lagi, di lereng bukit-bukit itu penduduk juga mendirikan rumah. Bahkan Gubernur G.H. Mantik pun ketika beberapa bulan yang lalu singgah di Rerer pernah termenung melihat bukit-bukit gundul itu sambil menegur hukum-tua (kepala desa). "Bukit-bukit gundul itu dapat menyebabkan bahaya longsor," kata Mantik. Hukum-tua Desa Rerer, Andrie Sumampouw, mengakui hal itu. Namun kepada Mantik juga ia mengeluh, "karena saya tak mampu mencegah rakyat merombak hutan itu. Saya sudah berusaha mencegah mereka. " Yang pasti ucapan Mantik akhirnya terbukti juga. Tapi yang belum pasti tentulah ucapan beberapa orang penduduk Rerer yang menyebut-nyebut nama hukum-tua mereka sebagai orang yang merestui perombakan hutan lindung itu. Dan untuk itu harus dibayar dengan sekian banyak korban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus