Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Rentan Berakibat Masyarakat Terpecah, Apa Itu Polarisasi Politik?

Polarisasi politik terjadi ketika masyarakat terbelah dalam dua kutub bersebrangan karena isu, kebijakan, atau ideologi

13 September 2022 | 16.27 WIB

Ilustrasi pemilu. REUTERS
Perbesar
Ilustrasi pemilu. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Semakin dekat tahun politik pemilihan presiden, salah satu fenomena yang perlu dicegah kecenderungan polarisasi yang memecah masyarakat. Polarisasi, merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti pembagian atas dua bagian. Polarisasi politik memiliki definisi dua kelompok berpaham dan pandangan yang berbeda secara politis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mengutip publikasi Opini Publik dalam Polarisasi Politik di Media Sosial, polarisasi politik terjadi ketika masyarakat terbelah dalam dua kutub bersebrangan karena isu, kebijakan, atau ideologi. Fenomena tergolong baru dalam perpolitikan di Indonesia.

Apa itu polarisasi politik?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polarisasi politik ini karena komitmen yang kuat terhadap suatu budaya, ideologi, atau kandidat sehingga memecah suatu kelompok. Polarisasi membuat suatu kelompok menganggap pandangan dan prinsipnya yang paling benar. Beranggapan kelompok yang bersebrangan itu salah pandangan politik dan moralitasnya.

Polarisasi diakibatkan suatu perubahan framing komunikasi politik partai. Perubahan framing terjadi karena adanya perubahan peta atau budaya politik yang diikuti sikap para pendukung partai.

Fenomena ini muncul pada Pemilihan Presiden 2019 yang mempertemukan pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Mengutip dari publikasi Mengelola Polarisasi Politik dalam Sirkulasi Kekuasaan di Indonesia, masyarakat melihat kedua pasangan calon sebagai tokoh yang berseberangan dalam segala hal.

Dukungan para pemilih pun cepat terbentuk dalam posisi berseberangan, terutama karena tema yang dibawa kedua pasangan ini berlainan. Satu berbicara penguatan kawasan pinggiran di Indonesia, dan yang lain ingin mengembalikan kejayaan Indonesia di kancah internasional. Yang satu menggandeng kelompok nasionalis, yang lain mengumpulkan kelompok Islam.

Polarisasi makin jelas, sehingga para pemilih tidak ragu menunjukkan posisi mereka di ruang publik dan media sosial. Pada hari pemilihan cukup banyak orang yang mengunggah foto jari mereka yang telah diwarnai tinta yang jumlahnya menandakan pilihan nomor urut calon presiden dan wakilnya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus