Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Salah satu bangunan yang memiliki peran sentral dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik adalah Gedung Grha Sabha Pramana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gedung Grha Sabha Pramana, dengan segala sejarah dan perubahannya, telah menjadi tempat berlangsungnya acara penting, termasuk acara ketika tiga calon presiden (bacapres), yakni Prabowo, Anies Baswedan, dan Ganjar Pramono menyampaikan gagasan mereka dalam "Bacapres Bicara Gagasan" pada 19 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara yang dipandu Najwa Shihab ini merupakan salah satu dari banyak peristiwa penting yang telah berlangsung di GSP, menandai pentingnya gedung ini dalam mendukung kegiatan demokrasi dan akademik di Indonesia.
Mari kita telusuri lebih dalam tentang sejarah Grha Sabha Pramana UGM.
Profil Gedung Grha Sabha Pramana
Gedung Grha Sabha Pramana, yang juga dikenal dengan singkatan GSP, bukanlah bangunan biasa. Berdiri megah di kampus UGM, GSP memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1994.
Gedung ini menjadi semacam pusat kegiatan akademik dan non-akademik, menjadi saksi peristiwa bersejarah, seperti peresmian Dies Natalis UGM ke-46 pada 19 Desember 1995.
GSP menjadi tempat di mana ribuan mahasiswa meraih gelar mereka dalam upacara wisuda, juga menjadi tempat di mana berbagai seminar, workshop, pertunjukan seni, dan acara pernikahan berlangsung.
Dilansir dari situs resmi UGM, pengelolaan GSP diserahkan kepada UGM Residence pada Maret 2015, dan sejak itu, GSP telah menjadi bagian penting dari kehidupan kampus UGM.
Gedung ini terdiri dari dua lantai, dengan lantai utama di lantai dua yang mampu menampung hingga 5000 orang dalam acara wisuda. Namun, pada 2017, GSP mengalami perbaikan plafon yang membatasi penggunaannya hingga April 2018.
Sejarah Pembangunan Gedung Grha Sabha Pramana
Dilansir dari jurnal berjudul Sejarah Singkat Grha Sabha Pramana UGM dari Khazanah Arsip Universitas Gadjah Mada, Gedung Grha Sabha Pramana dibangun di atas lahan seluas 11.069,80 meter persegi, yang sebelumnya dikenal sebagai lapangan Pancasila.
Pembangunan dimulai pada 1 Mei 1993 dan selesai pada 8 September 1994. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Soeharto pada 20 Desember 1994.
Pada saat peresmian, Presiden Soeharto memberikan nama Gedung Auditorium UGM ini menjadi "Grha Sabha Pramana," yang sejak itu lebih dikenal dengan nama Gedung Grha Sabha Pramana UGM. Gedung ini juga diserahkan kepada UGM pada 6 Februari 1995.
Peran GSP dalam Kegiatan Akademik dan Non-Akademik
Dilansir dari jurnal yang sama, dalam wawancara dengan Hendrik Susanto, Supervisor Grha Sabha Pramana UGM, awalnya Gedung Auditorium UGM digunakan untuk menunjang berbagai kegiatan akademik UGM, termasuk penyelenggaraan wisuda, kuliah umum, seminar, dan job fair.
Namun, mulai tahun 2009, lapangan di sekitar Gedung Grha Sabha Pramana juga digunakan untuk acara berskala nasional, seperti Aubade Pancasila, yang melibatkan ribuan anggota paduan suara dari berbagai kalangan masyarakat.
Selanjutnya, Gedung Grha Sabha Pramana juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum melalui perjanjian sewa menyewa. Berbagai kegiatan seperti acara pernikahan, wisuda SD-SMP-SMA, konser, dan seminar nasional sering diadakan di dalam gedung ini.
Selain itu, sekitar gedung ini juga digunakan oleh mahasiswa dan masyarakat umum untuk berolahraga atau sekadar bersantai menikmati pemandangan.
Mulai 2015, Grha Sabha Pramana menjadi salah satu aset yang dikelola oleh Gama Residence UGM, lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan berbagai komersial di lingkungan UGM.
Pilihan Editor: Anies, Ganjar, dan Prabowo akan Bertemu di Kampus UGM Hari Ini