Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia selalu memperingati Hari Kemerdekan Bangsa Indonesia. Dalam menyambut HUT ke-78 Republik Indonesia (RI), penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengingat sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 menjadi saksi bahwa negara Indonesia telah merdeka dan lepas dari penjajahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk itu, berikut ini adalah sejarah singkat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 beserta isi teks proklamasi yang perlu diketahui agar generasi sekarang tidak lupa akan sejarah dan jasa para pahlawan bangsa.
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia terbitan Kemdikbud, berikut adalah urutan sejarah proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Bom Hiroshima dan Nagasaki
Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan bermula saat Sekutu menjatuhkan bom di dua kota yaitu Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Bom nuklir “little boy” dijatuhkan di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Disusul bom nuklir “Fat Man” dijatuhkan di Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Bom yang meledak di dua kota Jepang itu menyebabkan ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dunia serta ratusan ribu lainnya mengalami cacat. Hingga akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu.
Perbedaan Pendapat Golongan Tua dan Muda
Kabar mengenai bom atom yang dijatuhkan oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki sampai juga ke telinga para aktivis pergerakan, baik golongan muda dan golongan tua. Terlebih pemanggilan ketiga tokoh nasional Indonesia ke Vietnam menambah keyakinan para aktivis pergerakan, bahwa kemerdekaan Indonesia menjadi agenda pembicaraan.
Pada 9 Agustus 1945, tiga tokoh Indonesia yaitu, Soekarno, Moh. Hattaa, dan Radjiman Wedyodiningrat terbang ke Dalat, Vietnam menemui Marsekal Terauchi. Sehari setelahnya atau lebih tepatnya 10 Agustus 1945 tokoh golongan muda yang terdiri dari Sutan Syahrir, Sukarni, Wikana, Chairul Saleh, Yusuf Kunto, dan lainnya mendengar siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation) tentang kekalahan Jepang dan kemungkinan akan menyerah kepada Sekutu.
Sepulangnya ke Indonesia, Mohammad Hatta bertemu dengan Sutan Syahrir membicarakan terkait Proklamasi Indonesia. Syahrir yang termasuk golongan muda mendesak Soekarno untuk menyelenggarakan Proklamasi Kemerdekaan guna memanfaatkan situasi. Akan tetapi, hal ini dibantah oleh Hatta, dikarenakan proklamasi Indonesia akan diserahkan kepada PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang telah dibentuk.
Di sisi lain, Syahrir berpendapat bahwa proklamasi kemerdekaan jangan dilakukan melalui PPKI karena Sekutu akan mengecap kemerdekaan sebagai buatan Jepang. Menurut golongan muda, Proklamasi Kemerdekaan sebaiknya dinyatakan oleh Soekarno yang merupakan sebagai pemimpin rakyat. Perdebatan antara Hatta dan Syahrir itu pun menjadi polemik di antara golongan muda dan golongan tua.
Peristiwa Rengasdengklok
Pada 15 Agustus 1945, golongan muda yang gagal mendesak golongan tua untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia kemudian mengamankan Soekarno ke Rengasdengklok. Peristiwa ini kemudian disebut dengan Peristiwa Rengasdengklok.
Golongan muda menculik Soekarno dengan tujuan agar golongan tua menuruti golongan muda. Menurut golongan muda, jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Namun, sampai 16 Agustus 1945 itu, tidak tercapai kesepakatan apapun. Di sore harinya, Ahmad Soebardjo datang dan membujuk para golongan muda untuk melepaskan Soekarno. Akhirnya mereka mencapai kesepakatan dengan jaminan bahwa proklamasi akan dilaksanakan esok hari.
Di malam harinya, golongan muda dan golongan tua berangkat menuju rumah Laksamana Maeda di Jakarta. Laksamana Maeda mempersilahkan rombongan tersebut untuk menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto. Namun, Jenderal Nishimura menolak rencana Proklamasi Kemerdekaan.
Perumusan Naskah Proklamasi
Teks proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia kemudian disusun oleh Soekarno, Hatta dan Soebardjo di rumah Laksamana Maeda pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB. Setelah perumusan teks Proklamasi selesai, teks kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Setelah itu, teks ditandatangani kembali oleh Soekarno.
Selanjutnya, pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, dilaksanakan pembacaan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (saat ini bernama Jalan Proklamasi No. 5, Jakarta Pusat). Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan diumumkan oleh BM Diah dan Jusuf Ronodipuro melalui radio, surat kabar, telegram, dan lisan. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan juga diabadikan oleh pewarta yang bernama Frans dan Alex Mendoer dari IPPHOS.
Isi Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI
Berikut ini adalah naskah Proklamasi Kemerdekaan RI:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l, diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Demikian sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI dan isi teks Proklamasi Kemerdekaan RI. Semoga dengan ini dapat mengingatkan masyarakat tentang sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
RIZKI DEWI AYU