TAK banyak yang tahu siapa sebenarnya Marwan, orang yang dituding sebagai pemicu awal bentrokan berdarah anggota Batalion Lintas Udara 100 dengan anggota Kepolisian Resor Langkat dan Brigade Mobil Binjai, awal Oktober lalu. Aparat kepolisian yang sempat menangkapnya pun belum mau mengungkap lebih banyak dari pemuda berambut cepak dengan tato di sekujur tubuh itu—kecuali ia tinggal di Jalan Teluk Betung, Simpang Rambung, Binjai Selatan.
Marwan dikabarkan ditangkap di lokasi rumah-toko Great Wall, Jalan Antara, Binjai, dari kerumunan temannya anggota Batalion Linud 100. Polisi mengaku menemukan sembilan butir ekstasi di sakunya. Tentara meminta agar Marwan langsung dibebaskan di tempat. Tapi polisi menolak permintaan itu dan menggiring Marwan ke markas mereka.
Namun, hingga sekarang, polisi belum berani memastikan si cepak ini memang bandar narkoba Binjai. ”Ia hanya beberapa jam diperiksa,” kata Kepala Urusan Operasi Reserse Polres Langkat, Inspektur Satu Napitupulu. Marwan memang kabur setelah markas Polres Langkat di Binjai diserang anggota Linud 100. Bersamanya, raib 61 tahanan yang lain. Napitupulu hanya memastikan bahwa Marwan bukanlah residivis sebagaimana diberitakan selama ini.
Kini semua yang mengenal Marwan memilih tutup mulut dengan alasan keamanan.
Warga di lingkungan tempat tinggalnya, sekitar Simpang Rambung, umumnya menutup diri, bahkan untuk sekadar memberitahukan rumahnya. Apalagi para tentara di Namusira-sira yang dikabarkan akrab dengannya. ”Sudahlah, dia hanya membawa persoalan saja ke kita,” kata seorang sersan di Linud 100.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini