Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mobilisasi Muslimat NU ke Senayan

Peserta hari lahir Muslimat NU sudah disediakan bus gratis dan makanan. Acara perayaan dimajukan, dari 29 Maret ke 20 Januari.

22 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Acara harlah ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 20 Januari 2024. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ada kecurigaan kepentingan politik di balik mobilisasi peserta harlah Muslimat NU.

  • Sebagian tokoh Nahdlatul Ulama dalam acara harlah Muslimat NU adalah anggota tim Prabowo-Gibran.

  • Pernyataan Rais Aam PBNU berpotensi disalahartikan dengan hadirnya Presiden Joko Widodo.

JAKARTA – Lia Munawwir masih terduduk di sekitar area parkir timur kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu siang pekan lalu. Anggota Muslimat-Fatayat Nahdlatul Ulama asal Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu bersama rombongan tengah menunggu bus yang akan mengantarnya pulang kembali ke daerahnya. “Kami menunggu giliran bus kami bisa keluar,” kata Lia, Sabtu siang, 20 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Situasi di kompleks GBK menjelang siang masih terlihat ramai dengan anggota Muslimat NU. Tapi sebagian besar dari mereka sudah pulang ke daerahnya masing-masing sejak acara ditutup pada Sabtu pagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lia bersama puluhan anggota rombongan dari Rumpin merupakan peserta perayaan hari lahir ke-78 Muslimat NU di Stadion GBK. Mereka hadir di lokasi GBK sekitar 30 menit sebelum acara dimulai atau sekitar pukul 23.30 WIB, Jumat malam, 19 Januari 2024. Pembukaan hari lahir Muslimat NU dimulai tepat pukul 24.00.

Ia mengaku berangkat bersama rombongan dari Rumpin menggunakan bus yang disediakan oleh panitia. “Transpor-snack sudah disediakan, tidak ada diminta bayar,” kata Lia.

Sepengetahuan Lia, bus-bus pengangkut peserta itu sudah tersedia sejak awal sebelum mereka akan berangkat. Tapi ia tidak mengetahui persis siapa yang mengurus bus tersebut. Lia hanya mendapat kabar bahwa bus itu disediakan oleh Pengurus Pusat Muslimat NU.

Serupa dengan Lia, Mimi Jamilah, 31 tahun, juga berangkat dengan bus gratis ke lokasi hari lahir Muslimat-Fatayat NU. Anggota Fatayat NU asal Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu mengatakan dirinya hadir ke GBK karena mendapat undangan dari Pengurus Wilayah Muslimat NU Jawa Barat.

Mimi dan rombongan dari Babakan Madang menggunakan bus berkapasitas 59 tempat duduk, yang disediakan oleh Pengurus Wilayah Muslimat NU Jawa Barat. “Diundang untuk datang ikut selawat, khatam Al-Quran, dan istigasah,” kata Mimi.

Seorang petinggi Muslimat NU membenarkan bahwa pengurus pusat lembaganya memang sudah menyediakan fasilitas transportasi dan konsumsi bagi pada peserta hari lahir ke-78 Muslimat NU ini. Namun ia mengaku tidak mengetahui penyumbang dana kegiatan tersebut.

Ia mengatakan perayaan hari lahir ke-78 Muslimat NU ini jauh lebih meriah dibanding acara serupa sebelumnya. Selama ini perayaan hari lahir organisasi dilakukan secara sederhana karena keterbatasan sumber daya dan dana.

“Dulu untuk mencari pendanaan cukup sulit,” kata petinggi Muslimat NU ini. “Karena itu, wajar bila ada pihak yang curiga dengan kegiatan kali ini.”

Kecurigaan itu, misalnya, adanya dugaan bahwa peserta kegiatan sudah dimobilisasi untuk kepentingan tertentu. Apalagi perayaan hari lahir dimajukan dari jadwal biasanya, yaitu setiap 29 Maret per tahun. Tapi perayaan hari lahir kali ini digelar pada 20 Januari di tahun ini.

“Untuk kenapa dimajukan, silakan ditanya kepada Ketua Umum (Muslimat-Fatayat NU, Khofifah Indar Parawansa),” kata dia. “Tapi saya sudah mewanti-wanti agar acara ini tidak dipolitisasi oleh siapa pun.”

Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa dalam acara harlah ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 20 Januari 2024. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Khofifah sesungguhnya menyatakan cuti menjadi Ketua Umum Muslimat NU karena bergabung dengan Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ia menjadi juru kampanye nasional pasangan calon presiden nomor urut dua itu. Keputusan Khofifah bergabung dengan tim pemenangan Prabowo-Gibran ini menimbulkan kecurigaan terhadap penyelenggaraan perayaan hari lahir Muslimat NU kali ini.

Seorang petinggi Muslimat NU lainnya mengatakan, dua hari menjelang perayaan, dirinya telah berpesan agar kegiatan ini tidak mencoreng NU dengan agenda politik yang terselubung. “Saya tegaskan ini tidak boleh dijadikan agenda kampanye.”

Khofifah belum menjawab pertanyaan Tempo yang disampaikan ke nomor WhatsApp-nya. Saat berpidato dalam acara hari lahir Muslimat NU, Khofifah mengatakan, secara penghitungan tahun Hijriah, sebenarnya hari lahir Muslimat NU sudah terlewat beberapa bulan. Gubernur Jawa Timur ini menjelaskan, Muslimat NU lahir pada 26 Rabiul Akhir—nama bulan dalam kalender Islam. Dengan demikian, jika dihitung berdasarkan kalender Masehi, momentum 20 Januari ini sesungguhnya sudah masuk 8 Rajab pada tahun Hijriah.

“Jadi, bukan dimajukan. Ini di tengah antara Hijriah dan Masehi,” kata Khofifah.

Ia melanjutkan, menjelang pencoblosan pemilu pada 14 Februari mendatang, diperlukan suasana yang sejuk dan tenang. Sehingga perayaan hari lahir Muslimat NU ini diharapkan menjadi panasea untuk meraih ketenangan dan kedamaian di tengah dinamika politik yang semakin bergejolak. “Jadi, menjelang 14 Februari, kita butuh doa, butuh zikir, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian,” ujar Khofifah.

Khofifah juga menegaskan bahwa perayaan hari lahir Muslimat NU ini terbebas dari agenda politik. Gubernur Jawa Timur itu mengatakan tidak ada satu pun simbol atau atribut yang melambangkan dukungan kepada pasangan calon tertentu dalam perayaan hari lahir Muslimat NU ini. “Saya rasa tidak ada sesuatu yang patut dicurigai, kecuali yang memang hatinya curiga,” ujarnya.

Hari lahir Muslimat NU ini dihadiri Presiden Joko Widodo, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Miftakhul Akhyar, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Miftakhul Akhyar dalam ceramahnya meminta kader Muslimat NU memuliakan para pemimpin bangsa. Sebab, siapa pun yang memuliakan pemimpin akan mendapat ganjaran setimpal, yaitu dimuliakan oleh Allah. Sebaliknya, “Barang siapa menghinakan presiden dan wakil presiden, mereka meremehkan semua pemimpin organisasi. Allah akan membalasnya,” katanya.

Ia juga berpesan agar seluruh jajaran NU, badan organisasi, dan masyarakat taat kepada pemimpin. Ketaatan kepada pemimpin itu yang akan mengantarkan pada terjaganya ketenteraman dan terhindarnya masyarakat dari potensi perpecahan. “Saya minta mari kita berikan ketaatan. Itu keindahan NU.”

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengatakan pidato Rais Aam PBNU itu berpotensi disalahartikan dengan hadirnya Presiden Joko Widodo dalam kegiatan tersebut. Apalagi Jokowi cenderung mendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden ini.

Menurut Agung, meski NU secara tegas menyatakan tidak terlibat dalam politik praktis, substansi pidato dalam acara tersebut berpotensi menimbulkan dugaan NU cawe-cawe. “Apalagi banyak petinggi NU yang terlibat dalam pilpres ini,” kata Agung.

Agung mengatakan pidato dalam acara hari lahir Muslimat NU itu memang berisi pesan agar jajaran nahdliyin—warga NU—bijak dalam menyikapi perbedaan pendapat, khususnya dalam memilih pasangan calon presiden. Namun publik bisa menafsirkan lain. Sebab, ada sejumlah tokoh NU yang menjadi pendukung Prabowo-Gibran hadir dalam acara tersebut.

“Seperti kita tahu, Khofifah, Habib Luthfi bin Yahya, dan Presiden adalah figur yang melambangkan pasangan Prabowo-Gibran,” kata Agung. “Meski ada Yenny Wahid di situ, tapi Khofifah tidak menyebutkan namanya.”

Peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan pidato yang disampaikan Rais Aam PBNU ihwal ketaatan dan memuliakan pemimpin merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara Jokowi dan PBNU. Meski tidak langsung menyatakan dukungan kepada calon presiden mana pun, kata Usep, kedekatan antara PBNU dan Jokowi menggambarkan bahwa organisasi ini condong mendukung Prabowo-Gibran.

Yahya Cholil Staquf belum menjawab upaya konfirmasi soal ini. September 2023, Gus Yahya—sapaan Yahya Cholil Staquf—mengatakan selama ini Jokowi dan NU memiliki relasi yang sangat baik. Menurut dia, selama menjadi presiden, Jokowi kerap membantu kegiatan NU, misalnya dalam pembangunan Gedung Universitas NU di Yogyakarta.

Usep menilai pernyataan Gus Yahya pada September tahun lalu ini menandakan akan adanya keberlanjutan relasi di antara NU dan Presiden Joko Widodo. “Jadi, tidak aneh kalau tokoh-tokoh NU ada di tim pemenangan Prabowo-Gibran,” kata Usep.

ANDI ADAM FATURAHMAN | SULTAN ABDURRAHMAN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus