TIM Relawan mendapat ujian berat. Marthadinata, 18 tahun, anak seorang relawan untuk kasus kerusuhan Mei, tewas secara mengenaskan di rumahnya sendiri, di kawasan Sumurbatu, Jakarta, 9 Oktober lalu. Jumat sore itu, ketika orang tuanya pulang dari toko mebelnya di Klender, rumah dalam keadaan terkunci. Terpaksa, Leo Haryono, 49 tahun, ayah Ita--demikian gadis itu biasa dipanggil--merusak kawat kasa di atas pintu untuk membuka gerendel.
Tak ada yang berubah dalam rumah yang cukup mewah di kawasan itu. Anjing kecil mereka yang berbulu putih juga menyambut seperti biasa. Karena itu, betapa kagetnya Leo ketika ia mendapati putri bungsunya berkubang darah di kamarnya di lantai atas. Leher siswa kelas III SMU Paskalis Jakarta itu menganga akibat tebasan senjata tajam. Beberapa tusukan ditemukan di bagian dada, perut, dan ulu hatinya. Tangannya, yang memegang kabel, lecet-lecet. Kamar itu sendiri tak terlihat berantakan.
Dalam sekejap, berita tentang pembunuhan ini tersebar luas. Anggota Tim Relawan berdatangan. Puluhan polisi, termasuk anjing pelacak yang mereka bawa, memeriksa lokasi kejadian. Tampaknya, kasus ini mendapat perhatian penting. Terbukti dari kedatangan Kepala Direktorat Reserse Polda Metro Jaya, Kolonel Gories Mere, ke tempat pengambilan visum korban di bagian forensik UI, malam itu juga.
Tragedi ini membuat syok keluarga Leo Haryono. Apalagi setelah mereka mendengar hasil autopsi yang disampaikan dr. Mun?im Idris kepada wartawan. "Dari hasil tes urine, disimpulkan bahwa korban adalah seorang pemakai narkotik". Selain itu, katanya, bekas luka yang sudah lama di lubang dubur menunjukkan bahwa Ita sudah sering melakukan hubungan seks anal (sodomi). Bahkan, merujuk dari hasil autopsi itu, Psikolog Sarlito Wirawan menuduh korban adalah pekerja seks.
Tuduhan ini jelas mengagetkan teman-teman Ita. Menurut teman baiknya, Emi, korban tidak merokok maupun menggunakan narkotik. Ia pun jarang membicarakan masalah cowok. Hal ini dibenarkan oleh wali kelasnya, Yohanes Bandriyaka, dan ibu korban, Wiwin. Gadis kurus berkacamata yang gemar berenang ini lebih senang mengurung diri di kamarnya, membaca komik Jepang.
Wiwin menduga, aktivitas Ita di Tim Relawan--yang menangani korban pemerkosaan akibat kerusuhan Mei lalu--sebagai penyebab kematian putrinya.
Alasannya, belakangan ini Wiwin mendapat tawaran dari sesama aktivis Buddha untuk mencari empat korban pemerkosaan yang mau bersaksi di kantor PBB di Amerika Serikat. Kebetulan, Ita bersedia menemani saksi itu. Kesediaan Ita itu, menurut Ita Nadia, seorang aktivis Tim Relawan lainnya, membuat ia termasuk yang terkena teror, sebagaimana yang menimpa aktivis lainnya. Nadia sependapat dengan Wiwin bahwa pembunuhan ini bagian dari teror terhadap Tim Relawan.
Romo Sandy bahkan punya pendapat lain. Menurut dia, ada indikasi, Ita termasuk korban pemerkosaan itu sendiri. Ini terlihat dari begitu giatnya orang tua korban--yang semula tak pernah aktif--menangani masalah rencana kesaksian tersebut.
Dalam konferensi pers Sabtu pagi--tak sampai 12 jam setelah korban ditemukan--Gories Mere mengatakan, tewasnya Ita karena unsur kriminal murni. Keterangan itu diberikan setelah melihat keadaan korban. Entah ini kebetulan belaka, Sabtu malam itu pembunuh Ita ditangkap polisi. Ternyata, dia adalah tetangga korban, bernama Suryadi alias Bram alias Otong, 22 tahun. Dalam pengakuan Suryadi kepada para wartawan, ia membunuh Ita karena kepergok saat ingin mencuri. "Saya terpepet harus membayar utang bapak,?? begitulah alasan dia menyatroni rumah Ita.
Suryadi, teman main Ita, memang datang dari keluarga miskin. Namun, selama ini, buruh bangunan yang ringan tangan itu bisa mencukupi kebutuhan orang tua dan dua adiknya. Masalah baru muncul setelah ayahnya yang jadi koordinator Posko Megawati menyewa bus ber-AC untuk mengangkut pendukung PDI mengikuti kongres di Bali. Ia harus menutup kekurangan ongkos sebesar Rp 1,5 juta. Karena soal itu, terjadilah pertengkaran keluarga karena Sunarji, ayah Suryadi, ingin menjual rumah. "Saya kira, karena Suryadi ingin membantu saya agar tidak ditekan bapaknya, ia nekat mencuri uang di rumah Ita,?? kata Dati, ibu Suryadi, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Ma?ruf Samudra dan Iwan Setiawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini