Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KONGRES PDI membuat penduduk Bali seperti berpesta. Sepekan sebelum acara akbar itu dibuka, mereka sudah mempersiapkan diri. Pos-pos komando pun didirikan. Bentuknya tak hanya yang sederhana seperti pos sistem keamanan lingkungan (siskamling), tapi banyak juga yang berupa panggung hiburan. Bahkan, ada yang besarnya menyerupai rumah tinggal, walau tentu saja tak menggunakan bahan bangunan yang permanen.
Posko-posko itu tak dibiarkan apa adanya. Dekorasi gaya Bali mewarnai bangunan tersebut. Tiang-tiang kayunya dihiasi ukiran kertas. Patung kepala banteng yang rupanya sengaja dibuat untuk kesempatan tersebut bergantungan. Kain poleng (kotak-kotak hitam putih seperti papan catur) membentang di dinding dan sudut-sudut sekitar posko. Tak ketinggalan penjor (tiang bambu) dan pajeng (payung Bali) melengkapi posko itu menjadi sebuah bangunan yang berciri Bali.
Besarnya minat masyarakat dalam acara besar ini, menurut seorang pengamat budaya Bali, Pitana, tak lepas dari besarnya romantisisme penduduk Bali terhadap Soekarnoisme. "Ini juga merupakan briyuk sepanggul, sebuah tindakan spontan masyarakat yang menyerupai pukulan gamelan yang kompak membentuk harmoni," ujarnya.
Sayangnya, pesta adat ini juga diikuti kebebasan anak-anak muda di sana untuk turun ke jalan. Maka, sejak sepekan sebelum kongres, jalan-jalan besar di Kota Denpasar hingga jalan di pedesaan dipenuhi oleh konvoi sepeda motor. Tanpa helm, berbekal spanduk, bendera, dan kaus merah bergambar Megawati, mereka berteriak-teriak sambil meraung-raungkan gas motornya. Dengan beringas, mereka memaksa tiap orang ikut meneriakkan "Mega" dan mengacungkan tangan tiap kali mereka lewat. Kalau Anda diam saja, jangan harap kendaraan Anda akan aman.
Untunglah, aksi ugal-ugalan ini diimbangi oleh kegiatan lebih dari 2.000 pecalang (petugas keamanan adat) berbaju adat putih dengan kain poleng dan udeng (ikat kepala) yang menjaga kongres hingga ke desa-desa. Tampaknya, inilah yang membuat kongres yang dihadiri ratusan ribu orang itu bisa berjalan tanpa kegaduhan apa pun.
Laporan I Nyoman Gede Sugiharta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo