Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sisa-sisa Kelaparan

Di desa Pupuan Bali yang dihuni 670 kk menderita kelaparan, sementara itu upacara ngaben wajib dilakukan. Penduduk makan akar ketela dan pemda telah memberi bantuan. (ds)

7 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SISA-SISA kelaparan di Desa Pupuan, Kabupaten Gianyar, Bali, masih belum pulih benar. Sekitar 750 orang yang menderita akibat kurang makan itu berangsur-angsur pulih. Desa terpencil di antara Gunung Beratan dan Gunung Batur ini berpenduduk 670 KK atau 4.000 jiwa lebih. Hampir seluruhnya hidup sebagai petani. Gejala kurang makan yang dimulai terlihat sejak pertengahan Agustus lalu, datang hampir secara tak disadari. Warga desa sedang sibuk melangsungkan upacara ngaben, meskipun secara sederhana. Sementara itu pejabat-pejabat pemerintah daerah sedang terpusat pada penggantian gubernur maupun beberapa bupati. Upacara ngaben itu rupanya tak mungkin dihindari oleh para warga desa. Sebab merupakan kewajiban menjelang berlangsungnya upacara besar, Eka Dasa Rudra di Maret/April 1979 yang akan datang. Untuk keselamatan upacara besar itu jenazah-jenazah harus dibersihkan dari sekarang. Warga Desa Pupuan tak mau ketinggalan melakukan pembersihan jenazah itu. Waktu itu setiap keluarga yang mempunyai jenazah masih mampu mengumpulkan uang sekitar Rp 12.000 untuk biaya ngaben. "Sedikitpun kami tidak menduga akan terjadi kekurangan makan" kata Kepala Desa Pupuan, AA Gde Alit. Soalnya, tanaman ketela yang telah berusia 4 bulan terlihat berdaun rimbun. Diperkirakan umbinya akan cukup besar, sebagaimana lazimnya. "Ternyata perkiraan kami benar-benar meleset" tutur Gde Alit lagi. Kekurangan pangan memang terjadi. Kepala Desa Pupuan membuat laporan pertama, akhir Agustus: hanya 12 kk memerlukan bantuan. Pihak Kecamatan Tegalalang segera membantu 5 kwintal beras. Tapi korban makin bertambah. Awal September tercatat 31 kk harus dibantu, pertengahan bulan yang sama meloncat menjadi 156 kk. "Pada mulanya kami tidak melaporkan kekurangan pangan ini kepada gubernur, karena kami masih berusaha mengatasinya sendiri" ucap Camat Tegalalang, I Gde Arya Ngeluhur BA. Tapi karena korban terus bertambah juga, laporan ke Kantor Gubernur Bali cepat-cepat dikirim. Lever Ketika laporan itu sampai di meja Gubernur Bali, tertera sekitar 750 jiwa penduduk desa ini yang perlu dibantu. Ada 31 orang di antaranya sudah berada dalam keadaan kritis. Persediaan pangan sudah tak ada samasekali. Seorang di antaranya meninggal dunia akhir September lalu, meskipun di samping lapar, kematiannya juga karena menurut dokter menderita sakit lever. Sebelum kelaparan itu menunjukkan tanda-tandanya, selama 2 bulan penduduk Desa Pupuan hanya memakan akar ketela rambat. Akar-akar ini direbus bercampur beras, bagi yang masih memiliki beras. Untuk sayurnya dimasak daun keladi bercampur pohon pisang. Bagi yang masih memiliki beras resepnya adalah 16, satu beras dan 6 bagian akar ketela. Tapi bagi penduduk yang paling tak mampu perbandingan itu dapat menjadi 1 : 9. Hari-hari pertama Oktober ini wajah warga desa itu kelihatan mulai cerah. Berbagai bantuan telah berdatangan. Tak hanya berupa beras dan susu bubuk. Tapi juga Dinas Peternakan Bali menyumbang 10 ekor sapi kremenl 30 ekor babi dan 100 ekor ayam ras pejantan. "Ini bukan untuk dimakan, tapi untuk dipelihara agar berkembang biak" kata Inspektur Dinas Peternakan Bali, drh. Soegondo. Diperkirakan warga Desa Pupuan masih harus dibantu paling kurang sampai 2 bulan mendatang. Inipun jika ladang mereka dapat dipastikan mulai menghasilkan. Jika sebaliknya, agaknya diperlukan cara lain agar untuk jangka panjang kejadian serupa itu tak terulang lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus