Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Badan Anti Spekulasi Kayu

Gubernur Jambi, Djamaluddin Tambunan, meresmikan berdirinya badan supervisi pool lelang kayu Jambi. Sehingga bahan baku industri kayu akan terjamin mutunya dan selalu tersedia. (dh)

7 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SPEKULASI untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dalam bisnis perkayuan di Jambi sudah berakhir. Kalimat ini tak lain diucapkan Gubernur Jambi sendiri, Djamaluddin Tambunan SH. Yaitu ketika ia meresmikan berdirinya Badan Supervisi Pool Lelang Kayu Jambi belum lama ini. Dengan lahirnya badan itu bahan baku industri kayu daerah ini akan terjamin selalu tersedia. Sebab beberapa industri kayu yang ada selama ini justru tidak seluruhnya milik para pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Di daerah ini ada 21 perusahaan industri kayu (saw mill), hanya sekitar 20% saja yang memiliki HPH. Yang akan dilelang di pool lelang itu adalah kayu-kayu yang berasal dari penebangan rakyat dan para pemilik HPH. Kepada para pemegang HPH diwajibkan menyetorkan paling sedikit 10% dari produksi kayu bulatnya (logs). Pembelinya terdiri dari perusahaan-perusahaan industri kayu. Sebagai Ujian Semua kayu yang masuk ke pool lelang, menurut Raden Badaruddin, ketua badan itu, jenis dan kwalitasnya ditentukan berdasarkan Indonesian Grading Rule. Sedangkan harga dasar dari tiap jenis dan kwalitas kayu yang akan dilelang ditentukan oleh Badan Supervisi Pool Lelang Kayu Jambi. Dengan demikian para pemilik saw mill tak perlu cemas bahwa mereka akan menerima kayu logs yang tak bermutu. Pusat lelang kayu itu rupanya mendapat sambutan baik dari kalangan perkayuan di daerah ini. Selain didukung oleh berbagai unsur (seperti gabungan para pengusaha saw mill dan masyarakat perkayuan) juga badan itu dianggap akan banyak bermanfaat bagi banyak pihak. Ir. AA Malik, Kepala Dinas Kehutanan Jambi, misalnya melihat tempat lelang itu sebagai akan memberi peluang lebih baik bagi para pengusaha penggergajian yang biasa mengekspor hasilnya untuk mengumpulkan bahan baku. "Kemungkinannya untuk memenangkan lelang lebih banyak, sebab ia berhitung dengan hasil penjualan ekspor" kata Malik. Karena itu Malik menyarankan agar perusahaan-perusahaan penggergajian yang belum mengekspor mulai melakukannya. Dan memang ternyata pada lelang pertama di saat peresmian badan ini, para eksportir kayu gergajian mengajukan penawaran lebih tinggi. Sehingga merekalah yang memenangkan lelang. Lain pihak melihat pula pusat lelang kayu ini sebagai penguji, apakah para pengusaha saw mill memang benar-benar ingin membeli kayu atau hanya sekedar mau memperalat rakyat untuk melakukan penebangan liar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus