Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional atau TKN Prabowo-Gibran Dradjad Wibowo merespons pernyataan Muhaimin Iskandar yang menyatakan target pertumbuhan ekonomi 7 persen bisa jadi omong kosong. Dradjad mengklaim, pihaknya telah menemukan sumber-sumber baru untuk mewujudkan target itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Dradjad, target pertumbuhan ekonomi 7 persen dinilai tak realistis karena mungkin pasangan Anies Bawedan-Muhaimin Iskandar belum menemukan sumber-sumber baru bagi pertumbuhan ekonomi dan penerimaan negara. "Kalau Prabowo-Gibran, kami sudah menemukan sumber-sumber tersebut," ucapnya saat dihubungi, Selasa, 26 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya menemukan sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi, Dradjad mengklaim pihaknya telah melakukan simulasi untuk mewujudkan target itu. Dia mengatakan angka 7 persen tak langsung terwujud pada 2025. Namun menurutnya, target itu bisa dicapai jika sumber-sumber baru itu bisa direalisasikan.
Perihal sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi itu, Dradjad enggan menjelaskan lebih lanjut. Ketika ditanya perihal sumber-sumber itu, dia mengatakan belum bisa diungkapkan kepada publik. "Sementara itu dulu yang bisa disampaikan," ujarnya.
Dalam debat cawapres, Cak Imin mengatakan bisa saja dia dan Anies menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7-8 persen. Namun, dia mengatakan pemerintah harus realistis, karena angka 7 persen itu bisa jadi cuma omong kosong. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi 5 persen hari ini saja mengalami banyak kontraksi.
Dalam arti, kata Cak Imin, utang luar negeri masih menjadi andalan utama. "Saya khawatir, kalau target pertumbuhan 7 persen itu dipaksakan, ujungnya bukan pertumbuhan yang sehat tapi pertumbuhan semu yang keropos," ujar dia dalam debat cawapres di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 22 Desember 2023.
Anies-Muhaimin, menurutnya, ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif. Artinya, pertumbuhan ekonomi tersebut berdampak langsung dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan percepatan pemerataan pembangunan.
Dia menuturkan, target pertumbuhan ekonomi 5,5-6 persen adalah realistis sehingga pemerintah berikutnya tidak akan khawatir dengan utang luar negeri lagi. Selain itu, target tersebut juga tidak akan membebani proses pembangunan yang akan datang.