Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin masih berhadapan dengan isu-isu keislaman di Jawa Barat. Hasil survei indikator menunjukkan kasus penistaan agama Ahok, Reuni 212, dan isu Jokowi simpatisan PKI mempengaruhi elektabilitas calon inkumben itu di Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Tim Sebelas, kelompok yang pada 2014 dan 2019 aktif memenangkan Jokowi, Muradi mengatakan kubunya sangat terbantu menghadapi isu-isu itu dengan beredarnya tabloid Indonesia Barokah di pesantren-pesantren. "Saya tidak tahu siapa yang bikin, tapi tabloid itu efektif memberikan penjelasan kepada warga pesantren," ujar Muradi, pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Timses Jokowi Segera Laporkan Acara Munajat 212 ke Bawaslu
Beredar pada Desember 2018, tabloid itu menampilkan Jokowi sebagai pendukung kaum muslim, misalnya dengan pembentukan bank wakaf mikro di berbagai pesantren dan mensahkan adanya Hari Santri Nasional. Kubu Prabowo menuding cucu pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy'ari, Irfan Wahid sebagai inisiatornya, namun pria yang akrab disapa Ipang Wahid itu membantah.
Sekretaris Umum Dewan Pengurus Wilayah PKS Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya mengakui tabloid itu memang sempat mempengaruhi pendirian pemilih Prabowo. "Tapi kami bergerak cepat memberikan penjelasan bahwa isi tabloid itu tidak benar," ujar Hadi.
Survei Indikator Politik Indonesia sejak akhir Desember hingga 5 Januari lalu terhadap 1.600 responden di Jawa Barat menunjukkan elektabilitas Jokowi - Ma'ruf hanya berselisih dua persen dengan lawannya. Dalam survei pesanan tim Jokowi yang tak disiarkan ke publik itu, elektabilitas Prabowo - Sandiaga mencapai 46 persen, sedangkan Jokowi - Ma'ruf 44 persen.
Anggota DPR dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Sodik Mudjahid, mengklaim hasil survei internal Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga justru menunjukkan elektabilitas pasangan itu unggul jauh, mencapai 70 persen.
Sigi Indikator menunjukkan Jokowi unggul di kawasan perdesaan, sedangkan Prabowo menang di perkotaan. Menurut Direktur Relawan TKN Maman Imanulhaq, saat ini jagoannya masih kalah di sejumlah daerah, seperti Sukabumi, Kota dan Kabupaten Bogor, Depok, Tasikmalaya, serta Bekasi. Sebagian besar wilayah itu, kata Maman, merupakan basis Partai Keadilan Sejahtera, yang mengusung Prabowo - Sandiaga.
Menggarap pemilih perkotaan, kubu Jokowi mengandalkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pria yang akrab disapa Kang Emil ini bertugas menggaet suara dari pemilih milenial perkotaan dan emak-emak. Kemarin, seusai bertemu Ridwan Kamil di Jawa Barat, Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto mengklaim elektabilitas jagoannya sudah unggul 4,1 persen dari Prabowo Subianto.
Simak: Ma'ruf Amin Tak Akan Tiru Gaya Jokowi dalam Debat
Ridwan Kamil juga mengatakan saat ini ada sekitar 4 jutaan warga Jabar yang dulu tidak memilih Jokowi, kini sudah balik kanan mendukung. Dengan keunggulan Jokowi - Ma'ruf di Jawa Barat, Emil yakin langkah Jokowi semakin mulus menuju kursi RI 1 kembali.
Logika, kaya Ridwan Kamil, sederhana. Dulu, Jokowi kalah minus 20 persen di Jawa Barat, tapi bisa menjadi presiden. “Per hari ini, beberapa survei menunjukkan elektabilitasnya sudah lebih (tinggi)." Ridwan Kamil menyampaikannya melalui keterangan tertulis tim media Jokowi - Ma'ruf, Sabtu, 23 Februari 2019.
DEWI NURITA | MAJALAH TEMPO