24 pengugnsi Vietnan Rabu sore pekan lalu terdampar di
Semarang dalam perjalanan mereka ke Australia. Kapal kayu
bermotor berbobot 6 ton ini tenggelam 4 mil dari pantai. Mereka
segera ditolong Dinas Sosial setempat dan dibawa ke Jakarta
untuk ditampung sementara. Di Palembang, juga pekan lalu, 350
pengungsi Vietnam mengalami nasib yang sama dan dibawa ke tempat
penampungan di Tanjung Pinang.
Arus pengungsi Vietnam tampaknya makin menderas. Tiap bulan
diperkirakan 20 ribu orang Vietnam meninggalkan negaranya dan
ditaksir sekitar 2-juta orang yang mempunyai keinginan yang
sama.
Sikap Indonesia seperti juga negara Asean lainnya jelas menolak
menerima pengungsi itu untuk menetap dan hanya atas dasar
kemanusiaan menerima mereka untuk transit. Tapi jika arus
pengungsi itu mengalir terus, apa yang harus dilakukan?
Mengatasnamakan Asean, Menlu Mochtar Kusumaatmadja pekan lalu
meminta pemerintah Vietnam untuk membantu menyelesaikan masalah
ini dan "jangan bersikap tidak mau tahu." "Memang pemerintah
Vietnam seolah-olah memberikan ijin pada mereka," kata Dirjen
Pengamanan Hubungan Luar Negeri Deplu A. Adenan pada TEMPO pekan
lalu.
Secara tidak langsung ini diakui Tranh My, Dubes Republik
Sosialis Vietnam untuk Indonesia. Disebutkannya 3 sebab
mengalirnya pengungsi itu. Mereka yan terbiasa hidup santai
pada masa rejim lama "tidak mau memenuhi kewajiban warganegara
dalam program rekonstruksi," hingga mereka mengunsi ke luar. Di
samping itu ada alasan psikologis akibat pecahnya sengketa
Vietnam-RRC. Faktor lainnya adanya negara maju yang bersedia
menampung mereka hingga mendorong arus pengungsi. Tambah lagi
"Vietnam mempunyai garis pantai yang panang hingga susah
mengontrol pengungsi ke luar," kata My. Hingga walau
pemerintahnya berusaha mencegah itu, "berdasar kemanusiaan kalau
mereka tidak mau tinggal di sana kami tidak bisa berbuat
apa-apa," sambungnya.
Sisa
Memang dasar kemanusiaan itulah yang banyak disebut-sebut untuk
menolong mereka. Sampai pekan lalu ada 2.899 pengungsi Vietnam
di Indonesia, sebagian besar ada di penampungan Tanjung Unggat,
3 km dari Tanjung Pinang. Biaya hidup mereka ditanggung
Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR). Badan ini
juga yang akan mengurus pemukiman para pengungsi dl negara yang
bersedia menampung.
Ada 3 penampungan lain di samping Tanjung Pinang: Pontianak,
Ciomas (Bogor) dan penampungan Departemen Sosial di kampung
Rambutan, Jakarta Timur. Tempat penampungan Tanjung Pinang
berupa 3 bekas gudang beras dan semen PT Cipta Niaga. Kini
sedang dibangun 6 barak baru di Air Raja, 14 km dari Tanjung
Pinang dengan biaya PBB.
Banyak pengungsi yang harus menunggu di barak penampungan sampai
setahun sebelum bisa bermukim di negara lain. Tujuan mereka
memang bukan menetap di Asia tapi di negara maju. Negara
penerima seperti Amerika Serikat, Australia atau Perancis
melalui Kedutaan mereka mula-mula mewawancarai para pengungsi.
Laporan ini kemudian diolah dan dikirim ke negara mereka dan
kemudian dikirim tim imigrasi untuk menyelesaikan proses
pemukiman. Baru kemudian kesediaan negara penerima ini
disampaikan ke Deplu yang kemudian mengatur jadwal keberangkatan
mereka.
"Kita sudah meminta negara penerima agar menerima pengungsi
tanpa kecuali," kata Adenan. Maksudnya jangan hanya orang sehat
dan berpendidikan saja yang diterima hingga negara Asean hanya
kebagian sisanya. "Sebab peri kemanusiaan kan tidak memandang
kesehatan, pendidikan atau bergunanya bagi negara yang
didatangi," ujar Adenan. Ia punya alasan untuk bicara seperti
itu. Karena "kenyataannya mereka yang sehat, berpendidikan dan
punya keluarga di negara penerima lebih gampang dan singkat
diterima menetap."
Asean tampaknya makin prihatin dengan membanjirnya pengungsi
Vietnam ini. Adenan mengakui perlu adanya langkah nyata untuk
menanggulangi masalah ini. Sebagai Ketua Panitia Kerja Asean,
Menlu Mochtar bulan ini juga akan berembug dengan para Dubes
negara Asean di Jakarta untuk membicarakan kelanjutan konperensi
Jenewa mengenai m?salah pengungsi Vietnam. "Sebagai negara
berkembang, Asean yang kemampuannya terbatas tak ingin
menanggung tambahan beban yang tidak kecil ini," kata Adenan.
Mungkin itu alasannya mengapa Menhankam Jenderal Jusuf Nopember
lalu menginstruksikan dilipat-gandakannya patroli laut RI "untuk
mencegah timbulnya komplikasi baru yang tidak perlu" berkaitan
dengan mengalirnya pengungsi Vietnam itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini