Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Teori <I>Big Bang </i>dan Jejak Tuhan

Kosmologi modern membuka horison ketuhanan. Teori dentuman besar dari fisikawan Stephen Hawking salah satunya.

19 September 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKADEMI Sains Vatikan pernah terpesona oleh teori dentuman besar (big bang). Menilai bahwa pemikiran kosmologi fisikawan Inggris Stephen Hawking ini menunjukkan kekuasaan Tuhan, lembaga di bawah Gereja Vatikan itu menganugerahkan penghargaan kepada si jenius lulusan Universitas Oxford tersebut atas temuannya. Tapi, benarkah teori dentuman besar dekat dengan soal-soal ketuhanan? Dan, apakah adanya Tuhan perlu dibuktikan dengan teori itu? Pernik-pernik kosmologi dan metafisika itulah yang didiskusikan Yayasan Wakaf Paramadina di Plaza Pondok Indah Jakarta Selatan, Jumat, dua pekan lalu. Pembicara Dr. Karlina Leksono-Supelli, ahli kosmologi lulusan Institut Teknologi Bandung, menyajikan makalah berjudul ''Terbukanya Horison Ketuhanan dalam Kosmologi Modern". Sekitar 100 peserta diskusi yang dipandu pemikir muda Budhy Munawar-Rahman bertanya secara antusias hingga larut malam. Teori big bang berbicara tentang asal-usul dan riwayat penciptaan jagat raya. Menurut Hawking, 57 tahun, alam semesta pertama kali muncul melalui big bang (dentuman besar). Semesta pada mulanya—melalui perhitungan mundur, sekitar 10 hingga 20 miliar tahun yang lalu—adalah sebuah benda sebesar kacang. Setelah memuai dan membesar dalam rentangan waktu miliaran tahun, alam mengalami proses pendinginan dan penurunan kecepatan sehingga menjadi semesta seperti sekarang ini. Titik awal penciptaan alam semesta ini menimbulkan perdebatan yang subtil menyangkut fisika. Perdebatan juga menyentuh wilayah metifisika. Soalnya, sains hanya berbicara tentang hukum-hukum yang mengatur evolusi alam dalam dimensi waktu seperti yang dikenal. Sementara itu, penciptaan alam diperkirakan berada di luar dimensi ini—fase yang sampai kini masih misterius di mata para kosmolog. Sejumlah teori mencoba menjelaskannya, antara lain singularitas dan fisika kuantum. Situasi serba gelap ini lalu diperjelas Hawking. ''Kondisi awal yang merupakan syarat terbentuknya alam semesta ini merupakan persoalan metafisika atau agama dan bukan persoalan sains." Teori dentuman besar dekat dengan soal ketuhanan. ''Bila kita sepakati bahwa big bang ini benar, asumsinya alam ini diciptakan oleh Tuhan," kata Karlina mengutip Hawking. Paus Johannes Paulus II, pucuk pimpinan Gereja Katolik Roma di Vatikan juga berkomentar bahwa dentuman besar adalah momen penciptaan oleh Tuhan. Teori Hawking mendapat tempat di sini. Konsep ini mirip dengan dentuman besar yang pernah dilontarkan seorang pendeta Katolik Belgia, Abbe Lemaitre, pada 1927. Walhasil, horison ketuhanan kian terbuka. ''Kosmologi membawa kita lebih dekat pada pikiran Tuhan," kata Hawking. Tapi Karlina mengingatkan kalangan agamawan agar tidak serta-merta menerima kebenaran sains sebagai dasar legitimasi ajaran agama. Alasannya, sains berada dalam konsep ruang dan waktu yang terbatas, sedangkan Tuhan sejatinya di luar jangkauan konseptual manusia. ''Tuhan tidak perlu dibuktikan lewat teori big bang," kata Karlina. Cukup diimani. Kelik M. Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus