Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Tiga Pandangan Jokowi pada KTT Perubahan Iklim

Dalam KTT Perubahan Iklim, Jokowi menyampaikan tiga pemikirannya terkait dengan isu perubahan iklim.

23 April 2021 | 07.52 WIB

Presiden Jokowi membuka gelaran tahunan Google for Indonesia (Google4ID), Rabu, 18 November 2020. Kredit: Youtube/Google Indonesia
Perbesar
Presiden Jokowi membuka gelaran tahunan Google for Indonesia (Google4ID), Rabu, 18 November 2020. Kredit: Youtube/Google Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim atau Leaders Summit on Climate secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Kamis malam, 22 April 2021. Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan tiga pemikirannya terkait dengan isu perubahan iklim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertama, Jokowi menegaskan bahwa Indonesia serius dalam pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata. Apalagi sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, ia mengatakan penanganan perubahan iklim adalah kepentingan nasional Indonesia.

Ia mengklaim melalui kebijakan, pemberdayaan, dan penegakkan hukum, laju deforestasi di Indonesia saat ini sudah turun terendah dalam 20 tahun terakhir.

"Penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare, lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia. Penurunan kebakaran hutan hingga sebesar 82 persen di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia, dan Eropa mengalami peningkatan terluas," ujar Jokowi.

Kedua, Jokowi mengajak para pemimpin untuk memajukan pembangunan hijau untuk dunia yang lebih baik. Ia menyebut Indonesia telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional (nationally determined contributions/NDC) untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.

Penyelenggaraan Konvensi Kerangka Perubahan Iklim ke-26 di Inggris dan target sejumlah negara menuju net zero emission tahun 2050, juga disambut baik Jokowi. Namun, ia mengingatkan komitmen tersebut harus dijalankan berdasarkan pemenuhan komitmen NDC tahun 2030, agar kredibel.

"Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan riil. Dukungan dan pemenuhan komitmen negara-negara maju sangat diperlukan," kata Jokowi

Pandangan ketiga Jokowi adalah terkait kemitraan global yang ia nilai harus diperkuat. Hal ini ia sebut untuk mencapai target Persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya. Kesepahaman dan strategi perlu dibangun di dalam mencapai net zero emission dan menuju UNFCCC COP-26 Glasgow.

Indonesia, kata dia, sedang mempercepat pilot percontohan net zero emission. Antara lain dengan membangun Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang ia targetkan menjadi yang terbesar di dunia.

"Kami sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai empat kali lipat dibanding hutan tropis. Indonesia terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk investasi untuk transisi energi," kata Jokowi.

Selain itu, ia juga mengatakan terdapat peluang besar bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, dan kendaraan listrik. Jokowi menegaskan bahwa presidensi Indonesia untuk G20 di tahun 2022 akan memprioritaskan penguatan kerja sama perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

"Indonesia juga terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik. Kita harus terus melakukan aksi bersama, kemitraan global yang nyata, dan bukan saling menyalahkan, apalagi menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan," kata dia.

KTT Leaders Summit on Climate ini dibuka secara resmi oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. Konferensi ini diikuti oleh 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional.

Baca: Jelaskan Cuaca Ekstrem di NTT, BMKG Ingatkan Bahaya Perubahan Iklim

 

Egi Adyatama

Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Alumni Universitas Jenderal Soedirman ini sejak awal meliput isu politik, hukum, dan keamanan termasuk bertugas di Istana Kepresidenan selama tiga tahun. Kini menulis untuk desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus