Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Sekelompok orang yang menamakan dirinya sebagai Aliansi People Power Indonesia menggelar aksi damai penolakan terhadap cawe-cawe Presiden Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Mereka mengadakan aksi damai di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat, 7 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pantauan Tempo, aksi itu diikuti sekitar seratusan orang dan digelar di depan Gedung Umat Islam Kartopuran, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo. Para peserta aksi memasang sejumlah spanduk bertuliskan soal people power di sekitar lokasi aksi.
Beberapa di antaranya bertuliskan dukungan rakyat beberapa daerah untuk people power contohnya "Rakyat Wonogiri dukung gerakan people power", "Rakyat Klaten dukung people power", "Rakyat Sragen dukung people power".
Tampak beberapa spanduk menyinggung tentang Jokowi misalnya yang bertuliskan "Turunkan Jokowi sekarang juga", "Jokowi gagal urus bangsa'", "Usut tuntas ijazah palsu Jokowi", "Kembalikan kedaulatan ke tangan rakyat", "Turunkan dan adili rezim korup".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aksi damai itu diawali dengan para peserta yang menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama. Setelah itu mereka melakukan orasi di antaranya meminta presiden agar tidak perlu lagi cawe-cawe dalam urusan Pilpres.
Cawe-cawe rakyat
Koordinator lapangan aksi tersebut, Noerrahmat, dalam orasinya menyampaikan aksi itu merupakan bentuk cawe-cawe rakyat untuk negara.
"People power ini sebenarnya bentuk cawe-cawe rakyat," ucap dia.
Menurut Noerrahmat saat ini pemerintah telah dikendalikan oleh oligarki dan pengusaha hitam. Ia pun mengklaim aksi itu digelar untuk mengembalikan pemerintah ke jalur yang benar.
"People power tidak usah ditakuti, karena ketika di setiap negara tidak ditemukan keadilan dan ditemukan kecurangan partai, rakyat bergerak," kata dia.
Selanjutnya, minta Jokowi tak jadikan istana sebagai timses capres tertentu
Adapun Inisiator aksi, Mudrick Sangidu yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Mega Bintang, meminta Jokowi untuk tidak menjadikan istana sebagai tim sukses pemenangan calon presiden (capres) tertentu. Ia juga mengingatkan bahwa peristiwa jatuhnya Presiden Soeharto juga karena people power.
"Pak Jokowi jangan jadikan istana sebagai tim sukses pemenangan capres. Harus diingat bagaimana Pak Soeharto jatuh melawan people power. Kita mengandalkan begini karena situasi negara sudah kacau balau. People power itu tidak melanggar undang-undang," ucap dia.
Pernyataan Jokowi akan cawe-cawe pada Pilpres 2024
Presiden Jokowi menyampaikan akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024 saat bertemu dengan para pemimpin redaksi media di Istana Negara pada 29 Mei 2023. Dia mengklaim langkah itu dilakukan untuk kepentingan negara, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
“Saya harus cawe-cawe,” kata presiden
Sebelum menyatakan untuk tidak bersikap netral, mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu menyampaikan pentingnya kesinambungan pembangunan. Ia menyitir sejarah yang disebutkannya menunjukkan tidak ada negara di dunia yang bisa melompat dua kali dalam meraih kemajuan. Kata dia, negara semacam Korea Selatan dan Taiwan adalah contoh terbaik. Negara-negara itu bisa menjaga kemajuannya dengan kepemimpinan yang stabil.
“Lalu bagaimana saya cawe-cawe? Ya tidak usah diceritakan,” katanya sambil tertawa.
Sontak pernyataan Jokowi tersebut menimbulkan berbagai tanggapan. Ada yang kontra ada yang juga mendukung. Kelompok yang kontra menilai langkah presiden untuk ikut campur tangan dalam Pilpres 2024 bisa dianggap sebagai penyalahgunaan kekuasaan. Sementara kelompok yang pro menyebut bahwa tak ada larangan bagi presiden untuk ikut campur tangan.
Jokowi sendiri berulang kali tampak memberikan sinyal dukungan kepada dua calon presiden yang akan bertarung pada Pilpres 2024: Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.