Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Toleransi untuk Salat Idul Adha, Gereja Malang Tiadakan Misa Pagi

Gereja Hati Kudus Yesus Malang meniadakan misa pagi untuk menghormati umat Islam yang salat Idul Adha.

11 Agustus 2019 | 12.47 WIB

Sejumlah umat muslim bersiap melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, usai memarkirkan kendaraannya di Gereja Katedral, Jakarta, Ahad, 11 Agustus 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Sejumlah umat muslim bersiap melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, usai memarkirkan kendaraannya di Gereja Katedral, Jakarta, Ahad, 11 Agustus 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Malang - Gereja Hati Kudus Yesus, Kayutangan di Jalan Basuki Rachmat Kota Malang meniadakan misa pukul 06.00 WIB untuk menghormati umat Islam yang melaksanakan salat Idul Adha. Jemaat dialihkan mengikuti misa pukul 08.00 WIB. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Menghormati saudara kita umat Islam yang menunaikan salat id,” kata Pastor Paroki Romo Alberto Djono Moi kepada Tempo, Ahad, 11 Agustus 2019. Sebagai umat beriman, kata dia, toleransi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Salah satu bentuknya dengan meniadakan misa pagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat salat Idul Adha, biasanya jamaah salat di masjid Agung Jami Kota Malang meluber di Alun-alun sepanjang jalan Basuki Rachmat bahkan di depan gereja Hati Yesus Kudus. “Halaman dan sekitar gereja bisa digunakan untuk salat,” katanya.

Cerita toleransi ini, Romo Alberto mengatakan sudah terjalin sejak lama. Biasanya anak muda katolik juga menyediakan kertas koran untuk alas salat. Serta memberikan kesempatan umat muslim menggunakan toilet.

Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Agung Jami Kota Malang, Zainudin menyampaikan terima kasih atas sikap umat lain yang menghormati Muslim untuk salat Idul Adha. Sebelumnya, takmir telah berkomunikasi dengan pengurus gereja. Termasuk Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel yang berhimpitan dengan masjid.

“Sikap tenggang rasa dan toleransi terjalin sejak lama,” katanya. Komunikasi lintas iman juga terjalin sejak zaman kolonial sampai sekarang. Ia berharap toleransi lintas iman ini bisa menjadi contoh, umat tetap rukun meski dalam perbedaan. 

Syailendra Persada

Syailendra Persada

Lelaki asal Tegal ini menjadi wartawan Tempo sejak 2011 setelah lulus dari Jurusan Sastra Inggris Universitas Diponegoro. Sebelum menjadi pengelola kanal Nasional di Tempo.co, ia berkecimpung di Desk Hukum majalah Tempo. Memimpin sejumlah proyek liputan interaktif di Tempo.co, salah satunya "Kisah di Balik Terali Besi” yang menceritakan penyiksaan tahanan oleh aparat. Liputan ini hasil kolaborasi dengan International Center for Journalists.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus