Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tur Mengetes Calon Presiden

Mantan presiden Yudhoyono berkeliling Jawa. Tes pasar bagi Ani Yudhoyono?

21 Maret 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETUA Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menatap mata Kristiani Herawati ketika sepanggung menyanyikan Pelangi di Matamu karya grup band Jamrud. "Ada pelangi di bola matamu, dan memaksa diri tuk bilang aku sayang padamu." Demikian penggalan lirik lagu itu. Suami-istri ini mesra bersenandung, diiringi organ tunggal, di Rumah Makan Kayu Manis, Tuban, Jawa Timur, Rabu malam pekan lalu. Setelah itu, mereka melantunkan Kisah Kasih di Sekolah ciptaan Obbie Messakh.

Begitu lagu itu berakhir, kader Demokrat bersorak meminta presiden keenam yang akrab dipanggil SBY itu menyanyi lagi. Tapi dia menolaknya. "Cukup. Kalau menyanyi lagi, honornya gede, lho," ujarnya. Malam itu, SBY dan Ani bersama rombongan menghilangkan penat setelah melewati 9 dari 13 hari tur politik yang mereka sebut "#SBYTourDeJava, Demokrat Peduli dan Serap Aspirasi". Perjalanan itu dimulai dari kediaman mereka di Cikeas, Bogor, pada Selasa dua pekan lalu dan berakhir di Surabaya pada Ahad, 20 Maret, ketika SBY bertemu dengan 34 ketua Demokrat provinsi seluruh Indonesia di Hotel Shangri-La.

Sebelumnya, rombongan SBY melintasi wilayah selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah hingga ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Yogyakarta, SBY menuju Salatiga, Semarang, dan melintasi jalur pantai utara Jawa Tengah, lalu menembus Jawa Timur. Selama dalam perjalanan, SBY dan Ani mampir di sentra industri usaha kecil dan menengah, pedagang, petani, guru, nelayan, serta tokoh masyarakat. Sejumlah petinggi Demokrat ikut rombongan. Di antaranya Hinca Panjaitan, Edhie Baskoro Yudhoyono, Pramono Edhie Wibowo, Roy Suryo, dan Dede Yusuf.

SBY mengatakan tur ini untuk mengetahui kondisi internal partai di daerah menjelang pemilihan kepala daerah 2017. Kegiatan ini juga untuk menyerap aspirasi rakyat. Jika ada sesuatu yang baik dan diharapkan rakyat, kata SBY, kader Demokrat harus menyampaikannya ke pemerintah. Sebaliknya, jika rakyat menilai ada hal tidak baik, Demokrat harus berani mengoreksi pemerintah. "Inilah sikap Demokrat," katanya.

Rupanya, masyarakat menanggapi tujuan tur SBY itu bukan sekadar safari biasa. Ketika tur berlangsung, sejumlah versi gambar digital Ani Yudhoyono calon presiden 2019 menyebar luas di media sosial. Satu di antaranya gambar bertulisan "Ani Yudhoyono Calon Presiden Partai Demokrat 2019. Lanjutkan!" Pada bagian kiri bawah gambar itu tercetak tagar #AniYudhoyono2019. Spekulasi bahwa Ani calon presiden yang sedang disiapkan SBY tak bisa dibendung.

Apalagi Ruhut Sitompul, Ketua Departemen Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan Partai Demokrat, mengatakan partainya memang akan mengusung Ani pada 2019. Ruhut punya alasan. Menurut dia, banyak orang ingin SBY maju kembali sebagai calon presiden. Padahal SBY telah dua periode berturut-turut jadi presiden. Konstitusi melarang orang yang telah menjadi presiden dua periode berturut-turut dicalonkan lagi. "Mereka mengatakan, kalau memang Bapak (SBY) enggak bisa, ya apa salahnya Ibu Ani," kata Ruhut.

Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengatakan Demokrat belum resmi menyatakan Ani calon presiden. Menurut dia, siapa pun bisa membuat dan menyebarkan gambar itu. "Jika ada yang ingin mendukung Ibu Ani sebagai calon presiden, ya, sah-sah saja," ujarnya.

Sebelumnya, Edhie Baskoro menciptakan atmosfer rindu SBY dengan gagasan "I want SBY back" dalam peringatan 15 tahun Partai Demokrat di Kompleks Parlemen, Senayan, September tahun lalu. Dalam pidatonya, anak bungsu SBY ini mengatakan masyarakat ingin SBY kembali jadi presiden. "Banyak rakyat yang rindu dan mengatakan I want SBY back," kata Edhie.

Klaim bahwa banyak orang merindukan SBY dan Ani Yudhoyono juga diungkapkan Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari. Selain itu, kata dia, ketika singgah, Ani menjadi magnet kaum perempuan dan remaja putri. Banyak dari mereka yang berebut ingin berfoto bersama. Ketika rombongan singgah di Ciamis, Jawa Barat, pada Kamis dua pekan lalu, SBY dan Ani disambut pelajar SMP yang membentangkan spanduk bertulisan "Hoyong Selfie Sareng Bu Ani", yang artinya ingin selfie bareng Bu Ani. Momen itu dipotret Ani, lalu diunggah di akun Instagram miliknya, yang punya 4,1 juta pengikut. Sehari sebelumnya, SBY berkunjung ke Sentra Kerajinan Rajapolah, Tasikmalaya. Ani membeli antara lain tudung saji lipat dan wadah air minum kemasan. "Ini oleh-oleh buat Ibas dan Annisa (Pohan)," kata Ani.

Gagasan tur Jawa ini, menurut Imelda, pernah disampaikan SBY ketika memanggil sejumlah pengurus pusat dan anggota Fraksi Demokrat pada pertengahan Februari lalu. Ketika itu Dewan Perwakilan Rakyat berpolemik tentang revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi, dan SBY memerintahkan Fraksi Demokrat menolak. Mereka yang diundang SBY antara lain Hinca Panjaitan, Edhie Baskoro Yudhoyono, Amir Syamsuddin, Didi Irawadi, Rachland Nashidik, dan Roy Suryo.

Setelah membicarakan revisi Undang-Undang KPK, Yudhoyono mengajak petinggi Demokrat itu membahas tur Jawa. "Idenya murni dari Pak SBY," tutur Imelda. Sebelumnya, kata Imelda, pada pertengahan Januari lalu, SBY juga mengundang sejumlah pengurus Demokrat untuk mengevaluasi pemilihan kepala daerah serentak pada 2015. Dalam pertemuan ini, SBY telah melontarkan ide tur keliling Jawa, menyiapkan 101 pilkada serentak pada 2017.

Rachland Nashidik, yang ikut rapat di Cikeas, mengatakan tur ini untuk konsolidasi pilkada. Tentang menyebarnya gambar Ani sebagai calon presiden, dia menyatakan pengurus pusat tak mengetahuinya. Demokrat menganggap kepagian bicara tentang kandidat presiden. Rachland tak memungkiri kader Demokrat di daerah sudah lama memperbincangkan Ani sebagai calon presiden. "Seperti SBY, Ani Yudhoyono memang sangat populer dan dihormati oleh kader Demokrat," katanya.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC)—lembaga riset dan konsultasi politik—Djayadi Hanan menilai tur Jawa itu bisa jadi digunakan untuk mengukur popularitas Ani sekaligus seberapa besar resistansinya. Menurut dia, ada peluang Ani, yang kini hampir 64 tahun, jadi calon presiden pada 2019. Djayadi merujuk pada hasil survei SMRC yang dikeluarkan pada Januari lalu, di antaranya tentang tingkat keterpilihan dalam pemilihan presiden.

Dari 1.220 responden yang ditanya jika pemilihan presiden digelar hari ini mereka memilih siapa, nama Ani muncul meski kecil, di bawah SBY, yang dipilih sekitar 3 persen responden. Nama lain, Prabowo, dipilih sekitar 8 persen dan Jokowi sekitar 20 persen responden. Menurut Djayadi, saat ini perhatian publik memang belum tertuju pada 2019. "Tapi tak salah Demokrat test the water (menguji) Bu Ani," katanya.

Sunudyantoro, Arif Zulkifli, Putri Adityowati (Jakarta), Sujatmiko (Tuban), Pribadi Wicaksono (Yogyakarta), Candra Nugraha (Tasikmalaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus