KABUPATEN Pasaman 3 bulan lalu sempat dilongok Gubernur Sumatera
Barat, Awar Anas. Pada kesempatan itu Gubernur menyebut-nyebut
perlunya perbaikan jalan propinsi, antara lain di jalan menuju
Pasaman Barat. Sebelum hal itu dilaksanakan, awal bulan lalu
hubungan darat Bukittinggi-Pasaman Barat putus di kilometer 139.
Belakangan, Senin pagi pekan lalu, jalur yang sama terputus pula
di kilometer 92.
Yang pertama karena hujan yang terus menerus turun. Bagian jalan
yang terletak pada kilometer ke-139 dari Bukittinggi menuju
Pasaman, terban dibawa tanah longsor. Panjangnya sekitar 40
meter. Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Barat sudah
berusaha mendandaninya. Jalan darurat dibuat. Empat hari
dipakai, longsor terjadi lagi. Lalu-lintas putus kembali.
Minyak Tanah
Putusnya hubungan Bukittinggi-Pasaman di kilometer 92
diakibatkan hal lain yang unik. Satu traktor milik swasta
terjerat di satu jembatan yang lebarnya cuma 3 meter. Hingga
minggu lalu usaha melepaskannya masih dilakukan. Beberapa bagian
kerangka besi jembatan itu sendiri terpaksa dibongkar.
Akibatnya paling tidak sekitar 160 ribu penduduk 4 kecamatan (21
desa) di Pasaman Barat sampai pekan lalu masih harus prihatin.
Harga bahan kebutuhan hidup naik. Minyak tanah misalnya, dari Rp
30 per botol di aman lalulintas masih lancar tiba-tiba melonjak
menjadi Rp 75.
Kendati pernah gagal membuat jalan darurat pemerintah tentu tak
akan membiarkan perhubungan tetap putus. Satu usaha pembongkaran
tebing sedang dilakukan di bagian jalan yang longsor tadi.
Maksudnya untuk sedikit menggeser jalan yang ada ke bagian agak
ke dalam. Tak jelas, kapan jalan darurat baru itu selesai. Yang
pasti, biayanya diperkirakan Rp 10 juta.
Sementara hubungan Bukittinggi-Pasaman belum pulih, dikabarkan
pula jalan antara Kerinci dan Padang putus. Juga karena hujan
yang gencar. Sepanjang kira-kira 10 km jalur tersebut, antara
Sako dan Tapan, rusak berat dan longsor. Akibatnya, di Kerinci,
harga barang-barang kebutuhan hidup yang memang biasa
didatangkan dari Padang juga naik. Sebaliknya ratusan ton hasil
bumi penduduk Kerinci tak sempat dikirim ke Padang.
Cerita longsor di jalur jalan antara Kerinci dan Padang bukan
hal baru. Hampir tiap tahun terjadi. Sebab jalur jalan antara
kedua daerah itu melewati bukit-bukit yang mungkin rapuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini