Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

<font face=arial size=2 color=#FF0000><B>Tempo Doeloe</B></font><br />Awal Mula Gosip Artis

28 Mei 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN-pekan terakhir ini berita seputar selebritas Indonesia makin bikin takjub saja. Kisah kawin-cerai para penyanyi dan bintang film, hobi baru pembawa acara kelas atas, sampai gaya berdandan mereka jadi bagian dari perbincangan ringan di ruang publik.

Tentu topik pemberitaan media hiburan macam itu ada awal mulanya. Majalah Tempo edisi 24 November 1973 pernah menerbitkan laporan panjang tentang menjamurnya berita gosip di majalah-majalah hiburan di Jakarta.

Ketika itu khalayak ramai masih asing dengan gaya wartawan hiburan ala paparazzi. Banyak orang masih terkaget-kaget membaca majalah yang mengupas riwayat anak haram seorang bintang film papan atas atau perselingkuhan gelap penyanyi ternama. Karena itu, wajar saja jika majalah gosip mendadak sontak jadi primadona di lapak-lapak koran. Laris manis.

Masalah baru belakangan muncul. Sama saja seperti sekarang, banyak media yang lalu mengeksploitasi gosip murahan. Sekadar untuk menaikkan tiras, mereka memelintir omongan para artis dan menciptakan berita baru yang lebih berpeluang membelalakkan mata. Topik yang paling potensial mencetak uang tentu tak lepas dari kehidupan pribadi yang paling rahasia.

Maka bertebaranlah tabloid kuning dengan kepala berita macam ini: ”Bintang Film Punya Anak Gelap dengan Almarhum Penyanyi Ternama” atau ”Artis Ada Main dengan Pelayan Restoran di Bali”. Dibaca sekilas saja, semua berita gosip kala itu bisa membuat para selebritas kita sekarang bersyukur mereka tidak hidup di zaman itu.

Tanpa malu-malu, majalah dan tabloid Ibu Kota mengumbar cerita cabul dan mesum. Selain artis, para pembesar dan pejabat tinggi tak bebas dari pergunjingan. Mereka yang tertangkap basah sering berkunjung ke rumah artis bisa panas-dingin kesulitan tidur.

Saking gencarnya pemberitaan tabloid gosip pada 1970-an, seorang artis mengaku ingin pindah kewarganegaraan saja. Seperti dituturkan wartawan Rosihan Anwar kepada Tempo ketika itu, artis Rima Melati sampai kapok tinggal di Indonesia. Kebetulan, kala itu, Rima dikabarkan bercerai dari suaminya dan punya hubungan spesial dengan aktor Frans Tumbuan.

Rima mengaku kesal bukan kepalang, justru karena kabar itu tidak salah. ”Itu bukan gosip, itu benar,” kata sang bintang film kepada Rosihan. Yang keliru diberitakan adalah latar belakang retaknya rumah tangga Rima. Sang artis mengaku bercerai karena memang tak sejalan lagi dengan Herwindo, suaminya. Tapi koran-koran kuning menulis Rima minta berpisah karena tak puas atas kinerja pasangannya di ranjang. ”Mereka mengarang sesuatu yang tidak saya ucapkan,” kata Rima geram.

Bukan kasus itu saja yang membuat jagat pergosipan kian panas. Pada pertengahan 1973, ada media hiburan yang menerbitkan laporan tentang sepak terjang Andi Nurhayati, pemilik sekolah peragawati terkenal Andy’s Model Agency dan salon kecantikan Andy’s Beauty. Perempuan setengah baya itu dikabarkan diam-diam menjadi muncikari untuk para model di studionya. Ada lagi berita tentang Tuty S., pemilik perusahaan film Tuty Jaya Pictures yang disebut-sebut sebagai ”artis panggilan”.

Maraknya kabar miring dengan akurasi dipertanyakan itu akhirnya membuahkan gugatan hukum. Sejumlah artis memutuskan menyeret pemilik majalah gosip ke meja hijau. Majalah gosip paling berani di masa itu, Ultra, pernah dituntut meralat beritanya tentang artis Donna Sita.

Donna Sita masih beradab: mengajukan kasusnya ke depan hakim. Seorang selebritas lain, Faisal Riza, mencak-mencak ketika digosipkan aneh-aneh oleh majalah Sonata. Dia langsung mendatangi kantor redaksi majalah itu dan mencari wartawan yang ia kenal. Tanpa ba-bi-bu, bogem mentah melayang.

Bagaimana tanggapan para wartawan hiburan tentang keluhan narasumber mereka? Sondang Napitupulu, jebolan Institut Teknologi Bandung jurusan mesin yang berkarya menjadi wartawan gosip, dengan enteng menepis. ”Tulisan kami ada buktinya, bukan gosip,” katanya ketus. Lalu apa pentingnya kabar-kabar sepele itu ditulis di media? ”Berita kami bisa membendung kebinalan para artis itu,” kata Sondang dengan percaya diri.

Alamak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus