Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PDI Perjuangan mungkin cocok dipimpin oleh Adi Sasono. Sebab, selama ini, Mas Adi cukup konsisten dengan konsep ekonomi kerakyatannya. Kiprahnya selama puluhan tahun di lembaga swadaya masyarakat sudah membuktikan betapa kentalnya keberpihakan dan komitmen seorang Adi Sasono kepada wong cilik.
PDI Perjuangan sendiri sejauh ini tidak pernah punya konsep yang jelas, terutama yang berhubungan dengan ekonomi kerakyatan. Hal ini bisa dimaklumi karena aktivis dan pejabat teras PDI Perjuangan datang dari kalangan orang gedongan, yang tidak pernah menjalani kehidupan sebagai wong cilik.
Megawati, begitu muncul ke dunia, sudah menyandang status anak presiden. Semiskin-miskinnya Mega, beliau memiliki bisnis yang cukup memadai--meski tidak seberuntung Keluarga Cendana, lebih baik dari anak-anak Bung Hatta.
Begitu juga Laksamana Sukardi, anak tokoh PNI dan tokoh Petisi 50, salah satu Ketua PDI Perjuangan, yang sejak dulu sudah masuk kategori menak. Sekolahnya lancar, di samping karena otaknya encer, juga berkat dukungan finansial yang sangat memadai dari orang tuanya. Seumur-umur Laksamana Sukardi belum pernah menjadi wong cilik.
Tokoh lainnya adalah Alex Asmasubrata, yang punya hobi balap, hobi yang mahal. Alex juga lebih suka berada di tengah-tengah komunitas yang wangi dan necis: Tommy Soeharto, Tinton Suprapto, Chandra Alim, dan sederet anak gedongan lainnya, yang adalah karib Alex.
Begitu juga Kwik Kian Gie, yang sejak lahir sudah berstatus anak orang berada. Sarjana ekonomi lulusan Belanda ini agak berbeda dengan tokoh-tokoh di atas. Meski dari kalangan necis, Kian Gie sangat memusuhi konsep konglomerasi dan praktek ketidakadilan ekonomi lainnya. Sayangnya, Kian Gie juga belum pernah menyodorkan konsep ekonomi kerakyatannya bagi kepentingan wong cilik--mungkin karena beliau juga tidak berpengalaman sebagai wong cilik.
Meski begitu, setidak-tidaknya PDI Perjuangan dapatlah kita sebut sebagai partainya wong cilik yang dikelola para wong gede. Semoga para pemimpinya benar-benar memahami aspirasi wong cilik.
Agus Tinggal Pranoto
Kp. Kalibata RT 003/008
Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta Selatan 12640
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo