Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sentimen
|
||
Positif | ||
56.174 | ||
Negatif | ||
51.845 | ||
Netral | ||
710.959 | ||
Perbincangan tentang akun Twitter baru Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang tak ada habisnya. Di era digital seperti sekarang, akun @SBYudhoyono itu memang efektif memperpendek jarak komunikasi antara kepala negara dan rakyatnya. Pada April lalu, lembaga pemantau media sosial, PoliticaWave, melakukan riset khusus mengukur persepsi khalayak tentang akun Twitter tersebut dan menemukan bahwa kicauan Yudhoyono berpotensi menjangkau hampir 300 juta orang. Ini tentu fenomenal, apalagi jumlah follower Presiden pun sudah mencapai 1,5 juta orang. Tercatat ada 400 ribu akun Twitter yang rutin melakukan buzz atau percakapan tentang @SBYudhoyono. Sebagian besar dari 800 ribu lebih buzz ini bersifat netral. Yang negatif umumnya membahas kemiripan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Yudhoyono di jagat Twitter. Yang menarik, sudah banyak warga yang aktif menyampaikan aspirasi, kritik, dan masukan kepada RI-1 via Twitter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
Edisi 24 Maret 2014 Dagelan Hukum Susno DuadjiSuratAkun Twitter Yudhoyono<font face=arial size=1 color=#FF0000><B>TEMPO DOELOE</B></font><br /><font face=arial size=3><B>Buruh di Negeri tanpa Bioskop</B></font><font face=arial size=1 color=#FF0000><B>MENINGGAL</B></font><br /><font face=arial size=3><B>Nen Amran</B></font> PODCAST REKOMENDASI TEMPO surat-pembaca surat-dari-redaksi angka kutipan-dan-album kartun etalase event Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971 Jaringan Media © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum |