Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGKRITIK diri sendiri bukan perkara mudah. Maka, untuk menakar kekurangan TEMPO, kami mencari berbagai alat ukur. Sejak 10 tahun lalu, misalnya, setiap menjelang akhir tahun, kami mengadakan analisa SWOT -- sistem analisa untuk mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman terhadap TEMPO. Analisa SWOT itu tak cuma menyangkut organisasi, personalia, tapi juga mutu produk yang tiap minggu kami sajikan kepada Anda. Rubrik Kontak Pembaca dan Komentar pada hakikatnya juga bahan masukan bagi kami dalam menginventarisasi kekurangan. Kemudian kami juga punya papan otokritik. Semua itu ternyata masih belum memadai. Maka, sejak awal tahun ini kami mulai mencari alat ukur lain: pembaca. Upaya melibatkan pembaca sebetulnya sudah kami lakukan lewat survei pembaca sejak beberapa tahun lalu. Tujuannya adalah untuk mencari tahu minat pembaca tentang rubrik yang disukai maupun tidak. Perubahan-perubahan yang kami lakukan dalam meningkatkan mutu TEMPO selama ini sebagian besar berdasarkan masukan dari survei pembaca tersebut. Kekurangan survei itu kita tidak bisa berdialog panjang lebar. Atas dasar itu timbul ide mengundang sejumlah pembaca, secara bergilir tentu, mengemukakan kritik-kritik terhadap mutu produk TEMPO. Rabu dua pekan lalu, kami mengundang Rizal Mallarangeng, 25 tahun, dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kami memilih Rizal karena potensi kalangan muda sebagai pembaca TEMPO cukup besar. Pendapat Rizal, setelah kami minta meneliti isi rubrik-rubrik TEMPO sejak terbitan April lalu, belum tentu sama dengan pendapat pembaca lain, memang. Tapi, kami paling tidak punya alat ukur baru karena sebelum telaah tersebut disajikan kepada kami, terlebih dahulu didiskusikan Rizal dengan sejumlah pembaca TEMPO seangkatannya. Kesimpulannya? "Saya kira, saat ini sangat sulit menemukan 'kenakalan' dalam TEMPO," kata Rizal. "Kenakalan" yang dimaksud Rizal "kenakalan" memilih dan menyajikan berita sehingga membuat pembaca gregetan membacanya, karena mereka secara emosional terlibat dengan berita tersebut. Tak cuma itu tentu kritik Rizal. Ia juga melihat soal-soal teknis penyajian berita, pemilihan foto, sampai kulit muka TEMPO. Singkat kata ternyata cukup banyak juga keinginan pembaca belum tertampung oleh kami. Kritik-kritik yang dikemukakan Rizal jelas merupakan masukan bermanfaat bagi kami dalam upaya memperbaiki mutu TEMPO. Karena itu, pertemuan dengan wakil pembaca model Rizal akan terus kami lanjutkan: mulai dari pejabat yang sedang memerintah, politisi, budayawan, ulama, pengusaha, sampai ibu rumah tangga -- siapa tahu Anda salah seorang yang kelak kami undang berbincang-bincang mengenai mutu produk TEMPO. Tapi perbaikan mutu produk TEMPO tentu saja akan kami lakukan terus-menerus tanpa menunggu pembaca terpilih mengkritik kekurangan kami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo