Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGHADAPI sebuah pertandingan olahraga, upaya mengerahkan suporter sebanyak-banyaknya bukan hal baru. Tapi usaha memberangkatkan 5.000 orang ke Beijing sebagai suporter di pesta Asian Games XI nanti, seperti direncanakan KONI, nampaknya, selain dianggap jumlah yang luar biasa, juga mesti ada apa-apanya. "Saya heran. Tak pernah suporter kita berangkat dalam jumlah sebanyak itu. Kalau bukan ke Cina, pasti tak sebanyak itu," ujar Menteri Sekretaris Negara Moerdiono kepada para wartawan seusai pembukaan Kongres ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) di Istana Negara, Rabu pekan lalu. Keheranan Moerdiono bukan tanpa alasan. "Terus terang, saya merasa ada indikasi kepergian para suporter ke sana (ke Beijing) tak hanya sebagai suporter," ujarnya prihatin. Memang, apalagi kalau dikaitkan dengan isi iklan biro perjalanan yang ditunjuk KONI Pusat. Mereka selain menonton pertandingan olahraga, juga diiming-imingi dengan paket perjalanan ke obyek-obyek wisata, laiknya rombongan turis. Misalnya ke Tembok Besar, Lapangan Tiananmen, dan keluyuran ke kota-kota di belahan selatan Cina, seperti Guangzhou, Guilin, dan Shanghai. Bagaimanapun, Menteri Moerdiono berpegang pada ketentuan bahwa izin bepergian ke RRC hanya diberikan kepada mereka yang sedang melakukan hubungan dagang, konperensi, atau seminar internasional dan pertandingan olahraga. "Kalau memang mau jadi suporter, ya silakan. Tapi kalau mau jalan-jalan mbok lain kali saja," katanya. Sebab, berkunjung ke Cina dengan tujuan lain di luar ketiga klasifikasi itu, aturannya memang belum ada. Setelah normalisasi hubungan diplomatik RI dan Cina dicairkan sejak 8 Agustus 1990 silam, memang tak berarti bepergian ke Cina dapat dilakukan seenaknya. Menurut Melko Polkam Sudomo, pengaturan keberangkatan ke Cina masih berpegang pada peraturan yang lama. Karena memerlukan persyaratan khusus itulah, untuk mengurus keberangkatan suporter Indonesia ke Beijing dibentuk sebuah tim interdep (inter-departemen) berdasarkan SK Menpora tertanggal 4 Juli 1990 lalu -- terdiri dari unsur berbagai instansi, antara lain Sekneg, Menpora, Bais, Bakin, Deplu, Imigrasi, dan Bea Cukai. "Tim interdep akan berperan sebagai (aparat) keamanan bangsa dan negara," kata Brigjen D. Budiprayitno, Asisten IV Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, yang juga menjabat ketua tim interdep. Namun, tak seperti yang ditargetkan, sampai Sabtu pekan lalu -- kurang sebulan lagi sebelum pesta olahraga itu berlangsung, 22 September -- calon suporter yang telah mengambil formulir pendaftaran baru 1.500 orang. Itu pun, yang mengisi dan mengembalikan formulir tak sampai 500 orang. "Yang memberi uang muka US$ 1.000 baru sekitar 50 orang," ujar Wakil Sekjen KONI Pusat Timbul Thomas Lubis, yang juga menjabat ketua tim koordinasi suporter. Untuk bisa menjadi suporter, KONI Pusat mengutip US$ 3.100 atau sekitar Rp 5,5 juta per orang untuk 16 hari di Cina. Itu sudah termasuk ongkos menginap di hotel, tiket pesawat pulang-pergi, paspor, dan lain-lain. "Kami juga menyediakan jaket, T shirt, tas, topi, bendera kecil, dan kaset berisi lagu-lagu penambah semangat, seperti Halo-Halo Bandung," kata Timbul. Dan soal seragam ini nampaknya juga telah membikin Moerdiono terheran-heran. "Baru kali ini saya tahu ada suporter pakai seragam. Ini kebangetan," kata Moerdiono, yang tak tahu-menahu namanya dicantumkan sebagai salah satu pelindung tim interdep itu. Dan memang, menurut Moerdiono lagi, sebenarnya tak gampang mencari suporter dalam arti sebenarnya. Sebagai ketua umum PB Pelti, ia sudah dua kali mengirim tim tenis nasional bertanding ke Cina. "Cari suporter 25 orang saja tidak dapat. Cuma 12 orang yang mau," kata Moerdiono. Padahal, ia sudah memberi jaminan kepada suporter yang berangkat tak akan mendapat kesulitan bila kembali ke Indonesia. Karena itu, Budiprayitno merasa, Menteri Moerdiono sebetulnya tak perlu khawatir bahwa suporter ke Cina bakal membludak sampai 5.000 orang. "Masalahnya, pihak biro perjalanan keceplosan di depan wartawan bahwa jumlah suporter yang akan berangkat sekitar 5.000 orang. Kami sudah menegur mereka," kata Budiprayitno. Bahkan, bagi suporter yang berangkat ke Beijing nanti, disyaratkan tak boleh terlibat G30S-PKI. Para suporter nantinya juga bakal didampingi oleh petugas khusus. Budiprayitno tak menjelaskan secara persis jumlah "pengawal" yang bakal dibawa untuk memantau gerak gerik suporter selama di Cina. "Biasanya kalau naik pesawat dengan membawa 15 penumpang, dapat 1 tempat gratis. Nah, kursi gratis inilah yang akan kami manfaatkan untuk mengirim pengawas rombongan KONI, dan delegasi lain," katanya. Lalu, bagaimana nasib rencana tur ke beberapa tempat obyek wisata seperti yang sudah dijanjikan dalam iklan? "Itu termasuk yang tak kami harapkan," ujar Dirjen Imigrasi Roni Sikap Sinuraya. Maksudnya, ia tak mengizinkan kegiatan lain selain menonton pertandingan olahraga, memberi dukungan kepada atlet Indonesia. Bagi KONI sendiri, jumlah suporter bukan cuma untuk urusan penyundut semangat para atlet, tapi juga untuk urusan duit. Karena dari ongkos yang ditetapkan itu, KONI Pusat berharap bisa menangguk US$ 200 dari setiap suporter yang berangkat. Uang tersebut rencananya bakal digunakan untuk perbaikan gedung KONI. Nah, barangkali itu pula sebabnya kenapa ada yang "keceplosan" dengan menargetkan 5.000 suporter yang bakal diberangkatkan ke Cina alias Rp 1,8 milyar. Laporan Sri Indrayati, Yudhi Soerjoatmodjo, dan Bambang Aji Setiady
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo