Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Album

29 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meninggal Dunia

TANPA ada kabar tentang sakitnya, mantan Wakil Ketua MPR/DPR, H. Jailani Naro, S.H., Sabtu pagi pekan lalu diberitakan meninggal dunia. Beberapa waktu lalu, Naro memang menderita komplikasi, tapi hanya berobat jalan. Hari itu, seusai berobat di Rumah Sakit Pelni Jakarta, ia malah meninggalkan istri dan tiga anaknya selama-lamanya.

Lahir di Palembang, 3 Januari 1929, semasa revolusi Naro muda bergabung dengan Tentara Pelajar di Sumatra Selatan. Lalu, ia masuk Fakultas Hukum UGM dan menamatkan gelar sarjananya di UI. Gelar doktor kehormatan (HC) di bidang hukum diperolehnya dari China Academy, Taiwan.

Kiprah politisi yang akrab dengan panggilan John ini di panggung politik mengundang caci sekaligus puji. Dicaci karena ia pernah mengkup DPP Parmusi pimpinan Djarnawi Hadikusumo dan Lukman Harun pada tahun 1970, yang kemudian dipecatnya. Setelah hampir dua bulan kemelut Parmusi, pemerintah turun tangan. Parmusi dipercayakan kepada H.M.S. Mintaredja, S.H., dan Naro tampil sebagai salah seorang ketua. Ketika PPP terbentuk sebagai hasil fusi empat partai Islam (NU, Parmusi, PSII, Perti) pada tahun 1973, namanya makin berkibar. Tahun 1984, John menjadi ketua PPP lewat muktamar pertama setelah 11 tahun PPP berdiri dan menyingkirkan politisi dari NU.

Menjelang Sidang Umum MPR 1988, aksinya banyak dipuji, sampai ia dijuluki "kampiun demokrasi". Naro dicalonkan fraksinya menjadi wapres ketika Soeharto masih digdaya. Ada kalangan yang mendesaknya mundur, tapi ia malah menantang. "Siapa berani menekan saya? Tak satu orang pun berhak menyuruh Naro mundur," katanya. Bahkan, Soeharto pernah berkata kepada orang dekatnya, "Naro iki arep ngilani aku (Naro mau menjajal kekuatanku)." Namun, akhirnya Naro ditarik mundur oleh fraksinya.

Setelah pencalonan itu, bintangnya mulai meredup. Tahun 1999, ia mencoba kembali ke panggung politik dengan membentuk Partai Persatuan dengan lambang gambar bintang, meniru lambang PPP lama. Sayang, pamornya di pemilu tahun lalu sudah habis. Bagaimanapun, masih ada kebanggaan dalam dirinya. "Sekarang orang meneriakkan reformasi, tapi 10 tahun yang lalu saya telah melakukannya," ucap Naro kepada TEMPO setahun lalu. Selamat jalan, John.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum