Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meninggal |
Bekas Jenderal TNI pada masa awal Orde Baru itu berpulang ke pangkuan Tuhan. Dialah Maraden Panggabean. Setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama sebulan karena stroke, Panggabean meninggal dunia 28 Mei lalu. Bernama lengkap Maraden Saur Halomoan Panggabean, tokoh yang tak banyak omong itu lahir di Tarutung, Sumatra Utara, 29 Juni 1922.
Panggabean muda pernah menjadi guruprofesi yang terpandang di masyarakat Batak waktu itudan bahkan kepala sekolah Schakelschool di tanah kelahirannya. Perjalanan profesinya di bidang pendidikan berbelok ke militer gara-gara badai politik. Kedatangan Jepang ke Indonesia pada awal 1940-an mengubah arah hidupnya. Ia masuk ke Sekolah Tinggi Jepang (Zyokyu Kanri Gakko), selain Sekolah Pegawai Tinggi.
Ketika Revolusi Kemerdekaan pecah, Panggabean menduduki sejumlah posisi di militer, yaitu Kepala Staf Batalyon I Resimen IV Divisi Sumatra, Kepala Staf Resimen Tapanuli, Kepala Staf Komando Antar-Daerah Indonesia Timur, dan Hakim Perwira Tinggi di Ujungpandang. Menjelang Peristiwa 30 September 1965 yang disebut oleh Orde Baru sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia, Panggabean menjabat Panglima Mandala II.
Nama Panggabean dikenal di pentas politik nasional setelah ia ditarik ke Jakarta oleh pemerintah pusat dan dipercaya menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat (1966). Tokoh militer yang lebih suka menyebut almamaternya adalah hutan dan gunung daripada sekolah luar negeri itudia pernah kursus militer di Amerika Serikatmenjalani karir militernya dengan mulus. Jabatan Panglima AD dipegangnya pada 1969. Selanjutnya ia menduduki jabatan yang "sangat bersejarah": menteri negara yang membantu presiden dalam urusan pertahanan dan keamanan, merangkap Wakil Panglima Angkatan Bersenjata/Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (1971).
Setelah pensiun dari militer, Panggabean aktif di Golkar dan pernah menjabat ketua presidium harian dewan pembina partai yang pernah sangat berkuasa di Indonesia itu. Ayah empat anak dari pernikahannya dengan Meida Seimima Tambunan itu menduduki jabatan sipil penting hingga pertengahan kejayaan Orde Baru: Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (1978) dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung (1982). Selamat jalan, Jenderal .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo