Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Walhi Chalid Muhammad,39 tahun
Tampuk pimpinan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kini berpindah tangan. Chalid Muhammad tampil menggantikan Longgena Ginting, yang telah habis masa baktinya sebagai Direktur Eksekutif Nasional Walhi, sejak Rabu pekan lalu.
Chalid menduduki posisi ini setelah melalui saringan ketat pada Pertemuan Nasional Walhi IX di Mataram, 1-4 Maret lalu. Pesaing Chalid adalah Abdul Wahib Situmorang dari Mafesripala Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, dan M. Ridha Saleh dari Yayasan Pendidikan Rakyat Sulawesi Tengah.
Pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 10 Desember 1965, ini memulai pendidikan dasar di SD Sipayop, Sulawesi Tengah. Kemudian ia melanjutkan sekolah menengah pertama dan menengah atasnya di Parigi. Terakhir, Chalid menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Tadulako, Palu, pada 1991.
Semasa kuliah, dia sudah bergabung dengan kelompok yang aktif bergerak di bidang lingkungan, yaitu di Kajian Lingkungan Hidup Palu pada 1987. Setelah lulus program S1, Chalid sempat mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam, Banjarmasin, pada 1992.
Tahun 1993, dia hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Walhi. Sejak 1994, dia menjadi salah seorang pengurus yang mengelola program pertambangan serta sebagai Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) enam tahun kemudian.
Chalid termasuk salah seorang yang ikut aktif membela masyarakat Papua saat berseteru dengan PT Freeport Indonesia pada 2003. Dia juga terlibat dalam memasalahkan pencemaran lingkungan dalam kasus PT Newmont. Kini, sebagai Direktur Eksekutif Walhi, dia berjanji akan terus berjuang mengawal kelestarian lingkungan hidup.
Sedangkan Longgena Ginting, setelah tak lagi menjabat Direktur Walhi, akan terbang ke Amsterdam, Belanda. Lembaga baru sudah menunggunya, yaitu Friends of the Earth International (FEI). Setidaknya dia akan berada di negeri dingin ini selama tiga tahun. FEI adalah organisasi lingkungan hidup terbesar di dunia, dan Walhi adalah salah satu anggotanya.
"Saya kira kita (Indonesia dan Malaysia) tidak dalam situasi konfrontasi dan bermusuhan. Jangan bayangkan hubungan kita memburuk dalam waktu dekat." ?Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pernyataan ini kepada wartawan di Nunukan, Kalimantan Timur, Selasa pekan lalu, menanggapi perkembangan perselisihan atas sebagian wilayah laut dalam kasus Ambalat, Sulawesi.
"Tak usah mempersoalkan validitas laporan itu. Yang harus dilakukan adalah kerja." ?Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Erry Riyana Hardjapamekas, Selasa pekan lalu, menanggapi hasil survei Political & Economic Risk Consultancy Ltd., yang menyebut Indonesia masih dianggap negara terkorup di Asia.
TEMPO DOELOE
14 Maret 1951 Seoul, ibu kota Korea Selatan, dapat dibebaskan dari pendudukan tentara Korea Utara dan Cina oleh pasukan PBB di bawah pimpinan Amerika. Seoul hanya bisa diduduki tentara komunis selama hampir tiga bulan, sejak Januari 1951.
15 Maret 1990 Farzad Bazoft, warga negara Iran kelahiran Inggris yang bekerja sebagai wartawan harian The Observer, Inggris, dihukum gantung di Irak. Pemerintah Saddam Hussein menuduhnya bekerja sebagai mata-mata.
17 Maret 1969 Golda Meir dilantik sebagai Perdana Menteri Israel. Ia adalah wanita pertama dan Perdana Menteri Israel keempat sejak negara tersebut berdiri pada 1948. Meir juga tercatat merupakan salah satu pendiri negara Israel.
18 Maret 1992 Afrika Selatan mengawali pemilihan umum yang bermaksud mengakhiri sistem politik apartheid di negara tersebut. Penghapusan politik diskriminasi warna kulit diusung oleh partai Presiden F.W. De Klerk, seorang reformis kulit putih. Setahun kemudian, De Klerk dan Nelson Mandela mendapat penghargaan Nobel.
19 Maret 1982 Sekelompok warga Argentina mendarat di daerah Georgia di Kepulauan Falkland?kepulauan koloni Inggris di Atlantik Selatan?dan mengibarkan bendera negara tersebut. Tindakan sejumlah warga sipil tersebut menjadi sebuah rangkaian provokasi yang berujung pada invasi tentara Argentina ke kepulauan tersebut, sebulan kemudian.
20 Maret 1966 Piala Jules Rimet dicuri pertama kalinya ketika dipamerkan dalam sebuah eksibisi di Central Hall Westminster, London. Tropi pemenang Piala Dunia berlapis emas tersebut kemudian ditemukan di selatan London. Tahun 1983, Piala Jules Rimet hilang dan tak bisa ditemukan kembali hingga kini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo