Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Album

8 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELANTIKAN Letjen TNI Hadi Waluyo

Sebuah pelantikan panglima terlalu penting untuk dibatalkan hanya karena hujan. Itulah yang terjadi dalam upacara serah-terima jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) yang baru, Letnan Jenderal TNI Hadi Waluyo, Rabu (3/11) lalu. Geledek dan hujan tak sanggup merusak keseriusan upacara ini.

Ketika titik-titik hujan mulai turun, dan kian lama kian deras, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu yang melantik Hadi tak beringsut sedikit pun. Pakaian dinas warna hijau yang necis dan mlipis dibiarkan basah begitu saja. Dengan khidmat, Hadi mencium pataka, bendera kebanggaan Kostrad. Suasana upacara di Gugusan Gunung Sangga Buana, Karawang, Jawa Barat, yang diikuti dua peleton pasukan Kostrad pun terasa magis.

Hadi diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Letnan Jenderal TNI Bibit Waluyo, yang pada akhir September lalu lengser dengan sukarela karena alasan pensiun. Sebelum menempati pos baru ini, Hadi adalah Komandan Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI AD di Bandung. Dia juga pernah menjabat Pangdam Tanjung Pura, Kalimantan Barat. "Saya terkejut dengan penunjukan ini, karena saya belum pernah bertugas di kesatuan Kostrad," katanya kepada Sunariyah dari Tempo.

Semasa kuliah di Akademi Militer, Hadi adalah kawan seangkatan Bibit. Mereka sama-sama angkatan 1972. "Saya mungkin kurang sedikit dua tahun bertugas di Kostrad, tapi itu tidak jadi masalah; cukup waktu untuk berbuat."

Pengangkatan Hadi ini adalah bagian dari mutasi besar-besaran dalam Markas Besar TNI. Selain Hadi, ada 66 perwira tinggi dan menengah pada sejumlah jabatan penting yang dipindahkan. Keputusan mutasi ini, menurut Kepala Dinas Analisa Penerangan TNI Kolonel Infanteri D.J. Nachrowi, adalah tindak lanjut dari hasil sidang Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi pada 18 Oktober silam.


"Di mana muka anggota Dewan ini ditaruh jika ditanya apa yang Anda perjuangkan." —Marwah Daud Ibrahim, anggota DPR dari Fraksi Golkar, salah satu anggota yang tergabung dalam Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia, mengomentari konflik di DPR, di Jakarta kemarin.

"Delapan bulan bekerja di Johor, kini saya pulang ke Tegal cuma membawa uang sebesar Rp 100 ribu." —Ilham, tenaga kerja Indonesia ilegal yang ikut gelombang pemulangan dari Malaysia, kepada Tempo di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (4/11).


TEMPO DOELOE

15 November 1957 Pemimpin Uni Soviet menantang musuhnya, Amerika Serikat, dengan mengatakan bahwa negerinya memiliki nuklir yang dengan mudah bisa diluncurkan ke seluruh pelosok Amerika. Pernyataan Khrushchev dalam sebuah wawancara ini segera menyulut kekhawatiran pihak Amerika.

16 November 1945 Sebanyak 88 ilmuwan Jerman serentak pindah ke Amerika Serikat untuk bergabung dalam proyek pembuatan roket. Mereka akan merancang roket tandingan V-1 dan V-2, seri roket maut buatan Jerman.

17 November 1997 Satu kelompok garis keras membunuh 60 pelancong asing yang sedang menikmati keindahan piramid di Mesir tenggara.

18 November 1978 Ratusan pengikut Sekte Kuil yang dipimpin Jim Jones melakukan bunuh diri bersama di kawasan persawahan Guyana. Mereka bunuh diri menggunakan pil sianida yang dibagi-bagikan. Sebagian yang menolak bunuh diri segera dibantai pengikut lain. Total korban mencapai 913 orang, termasuk 276 anak-anak.

19 November 1969 Pele, bintang sepak bola legendaris Brasil, memasukkan golnya yang ke-1.000 saat memperkuat klub Santos melawan tim Vasco da Gama di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil. Gol ini menambah harum nama Pele, yang tiga kali memperkuat tim piala dunia Brasil.

20 November 1945 Sebanyak 24 perwira tinggi Nazi mulai diadili di pengadilan internasional untuk kejahatan perang yang berlangsung di Nuremberg, Jerman. Inilah pengadilan penjahat perang pertama yang pernah digelar. Pengadilan total memakan waktu 10 bulan dengan 216 sidang maraton.

21 November 1783 Untuk pertama kalinya dalam sejarah, manusia bisa melayang menggunakan balon udara panas. Penerbang itu adalah dua ahli fisika Prancis, Jean-François Pilatre de Rozier dan François Laurent. Balon mereka terbang berkeliling Paris sejauh 8,8 kilometer selama 25 menit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus