Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Apa kabar LSM?

8 Juni 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EKSISTENSI dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat ini dipertaruhkan, menyangkut konflik Aceh yang berlarut-larut. Segala upaya dan curahan tenaga disalurkan pada penyelesaian kasus Aceh. Mulai dari berbagai tahap dialog hingga perundingan yang telah menguras waktu, energi, dan bahkan martabat bangsa, demi tegaknya NKRI. Tapi segala upaya dialog tersebut berkali-kali mengalami kegagalan, hingga akhirnya pemerintah Indonesia menggunakan jalan alternatif yang tidak diinginkan, yaitu operasi keamanan.

Apabila ditarik benang merahnya, sebenarnya langkah yang dilakukan oleh pemerintah itu merupakan suatu tindakan yang wajar. Bagaimanapun, Aceh merupakan bagian wilayah Indonesia. Jadi, sekalipun operasi militer dilaksanakan dari dulu, itu merupakan hak dan kewenangan dari pemerintah Indonesia, karena merupakan urusan rumah tangga Indonesia sendiri.

Sejauh ini Indonesia sudah berusaha mengambil jalan damai dengan melakukan dialog, bahkan lokasinya di luar wilayah Indonesia. Namun niat baik dari pemerintah sering ditanggapi oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan sikap yang tidak terpuji, dan akhirnya perundingan mengalami kegagalan.

Karena itu, operasi militerlah jalan satu-satunya yang ditempuh, yang hingga kini tengah berlangsung. Dalam perang sekalipun, pihak GAM bukannya menghadapi TNI/Polri secara langsung, melainkan tetap mengintimidasi rakyat. Bagaimana tidak, ratusan gedung sekolah, yang merupakan tempat belajar para generasi penerus, menjadi sasaran pembakaran. Sepertinya gerakan separatis ini menghendaki rakyat Aceh semakin ketakutan dan bodoh.

Kita juga mempertanyakan suara dari berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), para aktivis hak asasi dan demokrasi. Kenapa mereka bungkam? Kelihatannya, ada ketidakadilan oleh LSM dan para aktivis dalam menyikapi persoalan. Misalnya, bila ada noda setitik pun yang dilakukan pemerintah, terutama TNI/Polri, maka suara LSM dan para aktivis yang berteriak akan terdengar di ujung dunia. Sebaliknya, ketika pembakaran ratusan gedung sekolah, rumah penduduk, atau kendaraan yang dilakukan oleh kelompok separatis GAM, tidak ada satu pun LSM dan aktivis yang bersuara untuk mengecam GAM.

RIZA RAHARJO
Jalan Waduk Jatiluhur 54C
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus