Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO, 19 Juni 2005
SUASANA mencekam membekap Poso, Sulawesi Tengah, Jumat pekan lalu. Tak kurang dari 1.500 demonstran, laki-laki dan perempuan, mendatangi Markas Polres Poso. Massa yang berasal dari Forum Silaturahmi dan Perjuangan Umat Islam (FSPUI) terus bergerombol memprotes polisi yang dianggap main tangkap tersangka bom Tentena. Mereka meminta polisi segera melepaskan tahanan. ”Polisi berlaku zalim,” ujar Adnan Umar Arsal, Ketua FSPUI.
Untuk meredakan ketegangan, Kepala Kepolisian Sulawesi Tengah Brigjen Aryanto Sutadi langsung menerima perwakilan demonstran. Adnan Umar Arsal, yang menjadi juru bicara demonstran, meminta polisi membebaskan beberapa tahanan. ”Tak ada bukti kuat mereka pelaku pengeboman,” ujar Adnan. Setelah bernegosiasi 30 menit, polisi akhirnya melepas Abdul Rauf, Buchari, dan Risal. Ketiganya diciduk polisi di Poso setelah bom meledak di Pasar Sentral, Tentena, Poso, pada 28 Mei 2005.
Pembebasan itu tak membuat ruang tahanan polisi menjadi kosong. Masih belasan orang yang mendekam karena dicurigai terlibat dalam peledakan dua bom yang merenggut 22 jiwa di Tentena. Rupanya aksi teror yang terjadi saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika, Vietnam, dan Jepang itu telah membuat polisi seperti kebakaran jenggot. Tak kurang dari 142 saksi diperiksa secara maraton di Polres Poso dan Polda Sulawesi Tengah. Kini tinggal 13 orang yang mendekam di tahanan polisi.
Teror di Poso memang belum menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir. Bahkan hingga saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo