Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 16 Juni 1990
Gila! Siapakah yang bi-sa menghindarkan diri dari berita-berita sepak bola saat Piala Dunia digelar? Barang bundar dari kulit itu menyihir mi-liaran penduduk dunia, mulai dari yang tinggal di rumah kardus, sampai penghuni rumah Pondok Indah, Jakarta. Ratusan juta orang di belahan timur dunia, misalnya di Indonesia, dibuat terkantuk-kantuk siang hari karena begadang di depan televisi.
Di masa itu, Presiden Kosta Rika Rafael Calderon sampai mengeluarkan dekrit yang membolehkan pegawai negeri di negara-nya pulang kantor lebih awal dua jam dari biasa-nya untuk menyaksikan per-tandingan Piala Dunia.
Perang saudara di Bei-rut, alhamdulillah,- juga tiba-tiba terhenti.- Tanpa lewat meja pe-run-dingan,- gencatan senjata diberlakukan. Untuk sementa-ra aroma mesiu menghilang. Tak ada lagi suara dar-der-dor be-rondongan senjata oto-ma-tis. Yang ada cuma sorak-sorai pe-nonton di depan televisi menyaksikan jalannya Piala Dunia di Italia. Pantas rasanya kalau Pre-siden FIFA waktu itu, Joao Havelange, diajukan- sebagai kandi-dat penerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Piala Dunia kali ini se-dikit berbeda. Setelah di awalnya membuat manusia bersatu, tidak de-mikian p-ada akhirnya. Tandukan kap-ten Prancis Zinedine Zidane ke arah dada stopper- Italia Marco Materazzi telah membelah dunia. Semua bersuara, antara kecewa dan simpati kepada Zidane.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo