Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 19 Februari 1994
Tak begitu jelas siapakah sebenarnya nama Eddy Tansil. Di paspor, tertulis Tan Eddy Tansil alias Tan Tju Fuan. Tapi banyak media menyebutnya Eddy Tansil, terlahir Tan Tjoe Hong, 2 Februari 1953. Orang tentu tak akan peduli siapa nama aslinya jika pria kelahiran Ujungpandang ini tak membuat berita besar karena kredit macetnya yang mencapai Rp 1,3 triliun.
Kredit macet ini tentu saja menghebohkan. Beberapa pejabat tinggi seperti Menteri Penerangan, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Panglima ABRI pun bertemu khusus membahas soal ini, meski Menteri Penerangan Harmoko membantah pertemuan itu membahas kredit macet Eddy Tansil.
Isu kredit macet ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Praktek kotor dalam dunia perbankan ini mulai dibicarakan Komisi VII DPR sejak 1991. Dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Gubernur BI Soedradjad Djiwandono, terungkap bahwa pertumbuhan kredit macet itu memang mengkhawatirkan.
Datanya, pada April 1993, kredit macet baru 2,7 persen. Lima bulan kemudian, persentasenya naik menjadi 3,3 persen. Sampai akhir Desember 1993, jumlahnya sudah 3,5 persen dari total kredit perbankan yang tercatat Rp 173,4 triliun. Pengamat ekonomi Kwik Kian Gie mengutip perhitungan perusahaan konsultan asal Amerika Serikat, jumlah kredit macet di bank pemerintah berkisar 8 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo