Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
TVRI menghentikan siaran Liga Inggris yang dianggap sebagai acara pendongkrak penonton TVRI.
TVRI memiliki fasilitas stasiun televisi dan cakupan siaran yang luas tapi acaranya dianggap kalah menarik.
TVRI pernah memiliki banyak program yang lebih menarik minat pemirsa dibanding stasiun televisi swasta.
TELEVISI Republik Indonesia atau TVRI memutuskan menghentikan siaran Liga Inggris. Penyiaran Liga Inggris di stasiun televisi pelat merah itu sempat menuai kontroversi karena dianggap pemborosan. Kasus itu menjadi salah satu alasan Dewan Pengawas TVRI mencopot Direktur Utama TVRI Helmy Yahya pada Januari 2020. Helmy mengatakan bahwa dia membeli hak siar Liga Inggris untuk mendongkrak jumlah penonton TVRI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai stasiun televisi paling tua di Indonesia, TVRI memiliki fasilitas cukup besar. TVRI memiliki 31 stasiun televisi, 1 stasiun nasional dan 30 stasiun daerah, sehingga memiliki cakupan siaran paling luas di Indonesia. Persoalannya, program siaran TVRI kalah menarik dibanding stasiun televisi swasta yang terus tumbuh. Majalah Tempo edisi 13 Oktober 1990 menulis berita bertajuk “Bersaing di Layar Kaca” yang mengulas persaingan memperebutkan pemirsa antara TVRI dan sejumlah stasiun televisi swasta yang mulai muncul di Tanah Air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diam-diam, persaingan antara TVRI dan stasiun televisi swasta—RCTI Jakarta dan SCTV Surabaya—sedang berlangsung. Walau para pengelola siaran televisi tersebut tak pernah menyebutkan adanya persaingan, tanda-tanda ke arah itu tampak sejak awal Oktober 1990, yakni tatkala TVRI memperkenalkan acara siaran yang baru sekaligus memajukan siarannya satu jam lebih awal.
Perubahan acara siaran di TVRI sebenarnya rutin dilakukan dua kali dalam setahun, setiap awal April dan awal Oktober. Bahwa kali ini disertai dengan menambah jam siaran, itu yang tidak biasa. Padahal untuk satu jam siaran saja dibutuhkan dana lebih dari Rp 10 juta. Dana dari mana? “Saya belum tahu,” kata Direktur TVRI Ishadi di Surabaya.
Selain menambah jam siaran, TVRI membuat sejumlah perombakan dalam program siarannya. Misalnya, memperbanyak film cerita lepas. Sementara sebelumnya film cerita hanya ditayangkan tiga kali dalam satu pekan, maka pada awal Oktober 1990 film itu diputar setiap malam. Siaran ini juga wajib relay di daerah-daerah. Penayangan film seri di TVRI semuanya dilangsungkan sebelum Dunia Dalam Berita, pukul 21.00 WIB.
Perubahan ini terkesan untuk “menyaingi” siaran RCTI ataupun SCTV. Misalnya, setiap Senin, ketika RCTI menyiarkan Who's the Boss dan Miami Vice, pada saat yang sama TVRI menyiarkan The Bold and the Beautiful. Sedangkan film-film seri RCTI yang diputar sesudah berita pukul 21.00 dilawan TVRI dengan film lepas.
Stasiun televisi swasta tidak mau begitu saja menyerah. Saat TVRI mengakhiri siarannya tengah malam, stasiun televisi swasta terus memutar film lepas sampai dini hari. “Kami punya izin siaran 24 jam,” ujar Humas RCTI Zsa Zsa Yusharyahya.
Persaingan merebut penonton memang tengah berlangsung. Dalam hal film seri dan film lepas, belum jelas siapa yang unggul. Yang jelas, RCTI kelihatannya mengandalkan kekuatannya di film. Mereka menjalin hubungan langsung dengan pemasok film di berbagai negara, seperti Buena Vista dan 20th Century Fox. “Dua tahun sekali kami juga mengikuti International Film Market di Eropa,” kata Zsa Zsa. Di situ RCTI bisa memilih film yang bagus agar tetap bisa tampil lebih seronok dari TVRI.
Persaingan juga terjadi di program lain, seperti kuis, musik, dan sinetron. RCTI dan SCTV sudah berhasil membuat kuis keluarga dan membuat paket-paket musik dalam negeri. Namun RCTI dan SCTV masih kalah bersaing di sinetron karena belum bisa memproduksi sendiri. Sementara itu, TVRI sedang bersemangat memproduksi sinetron. Salah satunya adalah sinetron Siti Nurbaya, yang banyak menarik penonton.
Toh, RCTI tidak kalah akal. Saat tidak bisa bersaing dalam hal sinetron, RCTI memunculkan siaran langsung liga sepak bola Eropa, mulai kompetisi Liga Italia hingga Liga Inggris. Mereka juga memanfaatkan tidak adanya kewajiban untuk menyiarkan langsung acara kenegaraan. Ketika TVRI menyiarkan secara langsung acara peringatan Hari Kesaktian Pancasila dari Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, 1 Oktober 1990, RCTI malah memutar film Max Havelaar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo