KENAIKAN harga bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan primer memang sangat menyakitkan, ter-utama bagi kaum menengah ke bawah. Tapi hal ini memang harus sudah dilakukan. Profesor saya ketika saya belajar di Universitas Padjadjaran pada 1997 mengatakan bahwa harga BBM itu harus dinaikkan. Biaya untuk memproduksi minyak itu sangat mahal. Subsidi malah akan melenakan masyarakat dan Pertamina sebagai pemegang monopoli minyak di Indonesia. Bagaimana bisa harga minyak lebih murah dari harga Aqua?
Kini terbukti sudah omongan beliau. Masyarakat kelabakan ketika harga BBM dinaikkan. Mereka terlena sebelumnya dengan harga minyak yang begitu murah. Dan saya pikir, masyarakat kita harus belajar menghadapi kenaikan harga ini, karena pemerintah sudah tidak mungkin lagi menyubsidi harga minyak. Uang dari mana? Pertamina juga harus berproduksi seefektif dan se- efisien mungkin. Memang Pertamina itu bobrok, penuh dengan manipulasi dan korupsi. Sungguh disesalkan bahwa kenaikan harga minyak dunia tidak bisa dimanfaatkan oleh Pertamina dengan menurunkan biaya produksi dari profit yang diperolehnya. Atau begitu gilanya korupsi yang terjadi di Pertamina sehingga perusahaan itu malah merugi di saat harga minyak dunia menanjak?
Pemerintah, dalam hal ini, hanya bersalah dalam pemberantasan korupsi yang gagal di Pertamina. Mereka sama sekali tidak punya uang untuk menyubsidi lagi, apalagi negara-negara anggota Paris Club sudah menagih piutangnya. Sungguh malang nasib bangsa kita.
Satu yang pasti, kita sebagai rakyat harus belajar menghadapi masalah ini. Kita harus sama-sama susah. Rakyat susah, pemerintah pun harus susah.
INDRA GUNAWAN
6321 N. Winthrop, Chicago, Illinois USA
[email protected]
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini