Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Batik untuk aborigin

Wanita-wanita aborigin (penduduk asli australia) belajar membatik dengan bimbingan seorang guru yang pernah belajar membatik di yogya, yulia murry. rupanya seni batik disukai di australia.

14 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI jauh, mereka tampak seperti anak-anak kelompok bermain yang sedang asyik menggambar. Tetapi setelah didekati, ternyata mereka sedang membatik. Dengkul, paha, atau batu besar dijadikan pengganjal hamparan kain putih yang sudah penuh berbagai macam motif. Sebuah kuwas dijadikan penyganti canting untuk diganskan di atas kain mori Sedangkan lilin atau malam mereka jerang di tengah-tengah api unggun bukan dengan anglo atau kompor. Tempat lilin apa saja. Bisa cuma bekas panci, atau bahkan bekas dop mobil yang bentuknya mirip penggorengan. Wanita-wanita Aborigin--penduduk asli Australia--kini telah bisa membatik. Caranya tentu saja beda dengan yang lazim terdapat di Indonesia--negeri asal batik. Para pembatik itu terdapat di Desa Utopia, di jantung Benua Australia. Seperti alam lainnya yang kini dihuni oleh para Aborigin Australia, desa ini mempunyai tanah yang berwarna merah kekuning-kuningan. Keras seperti batu. Di beberapa celahnya ada semaksemak yang tidak terlalu hijau. Pohon gum yang tidak hijau itu tampak satu dua saja. Selebihnya, tanah yang datar, luas sekali, tanpa kehidupan. Siang hari panas bukan main dan dingin mencekam di malam hari. Kehidupan mereka memang tampak tak begitu cerah--dari membatik rupanya salah satu usaha menolong hidup mereka. Garis-garis Asli Sebagai bangsa "tersingkir" di benua yang makin dikuasai orang kulit putih, kaum Aborigin banyak ditolong oleh pemerintah Australia. Untuk mereka yang tinggal di Utopia, beberapa waktu yang lalu, telah tiba seorang guru yang pernah belajar membatik di Yogya. Hasilnya: kini ada sekitar 60 wanita Aborigin yang setiap hari membatik di waktu luang mereka. Tentu suatu saat diharapkan mereka bisa membentuk suatu usaha yang lebih menuju ke suatu kegiatan ekonomi. Untuk sementara ini, "kami baru membimbing mereka tentang teknik-teknik membatik," ujar Yulia Murray, wanita yang memimpin pembatik Aborigin tersebut. Sistem pembabaran batik, mulai dari me-rengsi (mendisain mori), sampai ke lorod (mencelup kain dalam air panas), juga dengan cara mereka sendiri. Bahan-bahan pewarna harus bisa didapatkan di kawasan mereka sendiri. Dan rupanya hal itu tersedia semua. - Dan bagaimana dengan motif? Para wanita yang berasal dari suku Alyawana dan Aumatjira ini tidak pernah bersekolah. Memegang pensil atau pena adalah hal yang sangat asing bagi mereka. Tetapi ketika mereka dibiarkan membuat motif atau disain di atas mori, terlihatlah garis-garis asli tapi indah. Motif-motif yang terdapat dalam alam totem mereka, seperti cicak, buaya, kanguru, ikan atau sejenis tumbuh-tumb'uhan, mereka lukiskan di atas mori. Di kemudian hari, Utopia yang jauh dari jangkauan kota itu mungkin bisa dijadikan kota-turis kedua untuk mempertontonkan kehidupan kaum Aborigin. Kota pertama adalah Alice Springs. Bagi kaum pembela Aborigin, Alice Springs disamakan dengan kawasan perlindungan (kamp) kaum Oglala Sioux di Pine Ridge, South Dakota, Amerika Serikat. Selama ini, barang-barang kerajinan Aborigin antara lain berupa lukisan di atas kulit kayu atau kulit burung emul yang mempunyai warna dasar merah, hitam dan putih. Sebagai kelanjutan memperkenalkan batik kepada pribumi Australia itu, tahun depan, 5 wanita Aborigin akan melancong ke Yogya untuk memperdalam teknik pembatikan. Kelima wanita ini akan dipimpin oleh Yulia Murray sendiri. Hanya masalahnya kini, seperti yang dikatakan hlurray: "Adakah keluarga Indonesia yang mau menampung kami? Sebab ongkos hotel cukup mahal dan kami tidak ada uang untuk itu." Ya, siapa yang bersedia menampung mereka?.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus