Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Bukan Kelas Teroris Lokal

Sebagian besar responden meminta pemerintah memperbaiki fungsi intelijen untuk menangkal teroris.

20 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERIBU orang berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta. Sebagian membawa lilin menyala di tangan. Di antara lirik doa berbagai agama yang terdengar di sana Kamis malam pekan lalu, berulang-ulang ada teriakan, "Stop kekerasan... stop kekerasan." Inilah satu dari sejumlah aksi di Jakarta dan sejumlah kota lain untuk mengutuk serangan bom oleh teroris di Legian, Kuta, Bali, Sabtu malam dua pekan lalu, yang menewaskan 184 orang di kawasan wisata itu. Teroris, yang ramai-ramai dikutuk itu, ternyata belum jelas identitasnya. Dia bisa orang kita, orang Timur Tengah, Amerika, atau yang lain. Polisi masih mengusutnya. Responden jajak pendapat majalah ini merasa bahwa pelaku ledakan bom terdahsyat dalam sejarah Indonesia itu adalah warga negara asing. Sebagian besar responden yakin benar bahwa pelakunya bukan warga negara Indonesia. Kenapa asing? Sebab, sejak pengeboman menara kembar WTC di New York pada 11 September tahun lalu, banyak pihak asing yang menuduh Indonesia sebagai sarang teroris. Mereka seperti berkepentingan membuktikan tuduhan itu. Meledaknya bom di Legian seakan-akan menjadi "konfirmasi" bahwa benarlah apa yang dituduhkan itu. Ini pendapat mayoritas responden. Lagipula, kata kelompok responden yang lain, tak mungkin peledakan dilakukan teroris lokal—mereka belum sampai taraf demikian canggih untuk merakit bom dengan daya ledak sehebat bom Legian. Belum tentu pendapat yang meremehkan "teroris lokal" ini benar adanya. Namun, bagian terbanyak responden yakin ledakan di Bali membuktikan bobroknya kinerja intelijen Indonesia. Perbaikan kinerja intelijen adalah hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Itu untuk mencegah bahaya teror serupa di kemudian hari. Bukan perbaikan intelijen saja yang harus dilakukan pemerintah. Jakarta bisa dengan aktif menjalin kerja sama dengan negara lain untuk melawan terorisme. Langkah itu jauh lebih efektif ketimbang harus menutup diri dari pergaulan dunia internasional. Negara kita semestinya tetap terbuka, walaupun pengawasan terhadap orang asing yang keluar-masuk Indonesia mutlak perlu ditingatkan. Alhasil, orang asing yes, tapi teroris no.

Anda percaya pelaku pengeboman di Bali warga negara Indonesia?
Ya38,10
Tidak61,90
Jika ya, apa alasan Anda?
Pelaku tampak kenal betul sasarannya51,27
Lokasi peledakan tempat hiburan eksklusif warga asing37,06
Teroris lokal tidak kalah hebat dalam merakit bom dibandingkan teroris asing24,37
Indonesia dianggap masuk jaringan teroris internasional20,81
 
Jika tidak, apa alasan Anda?
Pengeboman merupakan upaya menyudutkan Indonesia sebagai sarang teroris69,38
Teroris lokal belum mampu merakit bom sebesar di Legian45,31
Pihak asing yang justru sibuk memperingatkan adanya serangan di Indonesia31,25
Pihak asing yang justru sibuk memperingatkan adanya serangan di Indonesia31,25
Melakukan teror saat Indonesia jadi sorotan dunia adalah tindakan bodoh26,25
 
Bagaimana pandangan Anda terhadap peristiwa ini?
Indonesia hanya jadi sasaran pihak yang ingin mencapnya sebagai sarang teroris53,38
Bukti lemahnya intelijen Indonesia41,78
Pemerintah tidak serius dalam menangani ancaman terorisme34,62
Indonesia kurang koordinasi dengan negara lain17,99
 
Apa yang harus dilakukan pemerintah setelah tragedi Bali?
Perbaiki fungsi intelijen51,06
Perketat pengawasan orang yang keluar-masuk Indonesia37,33
Kerja sama antiteror dengan pemerintah asing31,14
Monitor kelompok-kelompok yang dicurigai punya hubungan dengan jaringan teroris internasional30,95
 

Metodologi jajak pendapat :

Jajak pendapat ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Data diambil dari 517 responden di lima wilayah DKI pada 15-18 Oktober 2002. Taksiran parameter dari kesalahan sampel (margin of error) diperkirakan 5 persen. Penarikan sampel dikerjakan melalui metode acak bertingkat (multi-stage random sampling) dengan unit kelurahan, rukun tetangga, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan lewat kombinasi antara wawancara tatap muka dan wawancara melalui telepon.

Independent Market Research
Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus