Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aktivis menerima penghargaan antikorupsi itu biasa. Tapi pejabat menerima penghargaan antikorupsi itu baru luar biasa. Pejabat yang "tak biasa" itu adalah Gamawan Fauzi, Bupati Kabupaten Solok. Gamawan terpilih sebagai penerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award 2004 bersama dengan Saldi Isra (Koordinator Forum Peduli Sumatera Barat). Mereka berdua, Senin 27 September 2004 ini, menerima penghargaan itu setelah menyisihkan 27 kandidat dari seluruh Indonesia.
Gamawan di mata warga Sumatera Barat memang sosok yang berbeda dengan umumnya pejabat. Salah satu contohnya, demi transparansi semua proyek pemerintah daerah, Gamawan membikin Peraturan Daerah (Perda) Transparansi. Perda ini dibuat agar para pejabat baik di eksekutif maupun di legislatif tak bisa kongkalikong menggangsir dana negara. Jadi, semua proyek ditentukan berdasarkan usulan publik melalui rapat tim sinergi saat menyusun rencana strategis. Agar tak gampang disogok, anggota tim sinergi ini terdiri dari aktivis lembaga swadaya masyarakat, tokoh setempat, dan pemerintahan nagari. "Kantor dinas tak dilibatkan sama sekali."
Bupati Solok ini juga berani menandatangani Pakta Integritas Kabupaten Solok pada November 2003. Pakta yang didukung oleh Transparency International Indonesia itu mengatur semua sektor publik menaati prinsip-prinsip pemerintahan bersih. "Sebenarnya apa yang saya lakukan hal biasa. Yang luar biasa itu adalah situasi lingkungan kita, mungkin orang yang bersih itu yang tidak banyak," kata sarjana hukum dari Universitas Andalas yang menjabat Bupati Solok sejak 1995 itu.
Niat lurus Gamawan itu tak beda dengan keberanian Saldi Isra. Dosen teladan dari Universitas Andalas itu sudah berkali-kali menerima ancaman, telepon gelap, gara-gara konsisten mengungkap berbagai penyimpangan. Ia juga kenyang difitnah. Lelaki inilah yang mengungkap korupsi anggaran pendapatan dan belanja daerah oleh 43 anggota DPRD Sumatera Barat dan sejumlah pejabat lain. Ke-43 pejabat itu kini sudah divonis bersalah oleh pengadilan.
"Penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award ini bukan untuk saya, melainkan untuk teman-teman saya di Forum Peduli Sumatera Barat," kata dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas itu, merendah.
MENINGGAL
Gan Heng Ngo, 87 Tahun
Namanya memang tak banyak dikenal di Indonesia. Namun, di kalangan para tenaga kerja wanita di Hong Kong, Gan Heng Go adalah nama yang harum. Banyak tenaga kerja Indonesia berutang budi pada lelaki keturunan Tionghoa ini. Rumahnya di Hong Kong sering menjadi tempat menampung keluh-kesah para tenaga kerja wanita (TKW) di sana, bahkan menjadi basis perjuangan TKW di sana.
Seorang sahabatnya di Hong Kong, Chan Chung, berkisah tentang kebaikan hati Gan. Setelah menamatkan sekolah dokternya di Belanda, Gan ogah buka praktek dokter di kota seperti dilakukan teman-temannya. Sebaliknya, ia memilih tinggal di pedesaan. "Ini demi meningkatkan kesehatan pedesaan, yang amat terbelakang," kata Chan.
Terdorong niat membantu kesehatan di Tiongkok Baru (Cina), pada awal 1950-an, Gan dan keluarganya pindah ke Beijing. Baru pada 1970 ia hijrah ke Hong Kong.
Meski ada di negeri seberang, kepedulian Gan pada Indonesia tak pernah surut. Di Hong Kong, ia mendirikan lembaga studi tentang Indonesia yang bernama Hong Kong Society for Indonesia Studies (HKSIS). Di sinilah berbagai masalah politik, ekonomi, dan juga perpecahan etnis di Indonesia sering didiskusikan.
Pada 17 September 2004 lalu, Gan mengembuskan napasnya yang terakhir. "Indonesia kehilangan tokoh yang multi-etnis dan multi-kultur," kata Chan.
"Kalau memungkinkan melalui proses hukum, saya enggak takut. Silakan saja."
Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, Kamis pekan lalu, di gedung DPR, menanggapi rencana para fungsionaris Golkar hendak membuka lagi kasus korupsi dana Badan Urusan Logistik (Bulog).
"Saya akan tinggal di istana. Pertimbangannya, demi efisiensi. Yang lebih utama lagi, tidak akan bikin macet jalan kalau saya lewat."
Calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis pekan lalu di rumahnya di Cikeas, Bogor.
TEMPO DOELOE
27 September 1959
PM Uni Soviet Nikita Khrushchev mengakhiri kunjungan 12 harinya di Amerika Serikat. Inilah untuk pertama kalinya pemimpin Soviet datang ke negeri Abang Sam (AS). Pembicaraan antara Khrushchev dan Presiden AS Dwight Eisenhower diharapkan bisa mencairkan hubungan kedua negaraharapan yang sia-sia, karena Perang Dingin antara kedua negara terus berlangsung.
3 Oktober 1990
Setelah 45 tahun terpecah menjadi negara Blok Barat dan komunis, Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu kembali sebagai satu negara, menandai berakhirnya Perang Dingin.
28 September 1989
Mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos meninggal di pengasingan, Hawaii, AS, setelah menderita sakit. Marcos terdepak dari kekuasaannya oleh gerakan people power Filipina sehingga harus mengungsi ke Hawaii.
30 September 1938
Perdana Menteri Prancis dan Inggris, Yduard Deladier dan Neville Chamberlain, menandatangani Pakta Munich dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler untuk mencegah pecahnya perang.
29 September 1895
Louis Pasteur, ahli kimia Prancis, meninggal dengan memberikan warisan tak ternilai bagi khazanah pengobatan dunia. Dialah penemu berbagai vaksin penting, termasuk vaksin anti-rabies dan anthrax.
1 Oktober 1908
Henry Ford, industrialis mobil Amerika, meluncurkan produk mobil pertamanya ke pasar. Dilepas dengan kode seri Model T, harga mobil itu adalah US$ 825 (dengan kurs sekarang sekitar Rp 7,4 juta).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo