DIA masih seperti sebelumnya -- suka berbicara terus terang dan lugas. Bahkan seperti layaknya "orang swasta", ia tak segan-segan menyatakan kekesalan dan mengkritik birokrasi. Itulah tamu kami akhir pekan lalu: Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Ir. Sarwono Kusumaatmadja. Ini memang kunjungan Sarwono yang pertama sejak menjadi anggota Kabinet Pembangunan V. Tapi ia bukan "orang asing" bagi kami. Ketika masih menjadi anggota DPR, dan kemudian merangkap sebagai Sekjen DPP Golkar, Sarwono sudah berulang kali berkunjung ke kantor kami. Antara lain, ia kami undang untuk berdiskusi mengenai masalah Golkar dan pemenangan pemilu. Peserta diskusi adalah anggota redaksi TEMPO -- mulai dari Pemimpin Redaksi sampai reporter. Namun, kedatangan Menteri Sarwono, Sabtu malam lalu, bukan untuk mendiskusikan masalah Golkar. Ia berbicara secara terbuka dan memberikan banyak informasi mengenai masalah yang berkaitan dengan aparatur negara. Juga langkah-langkah yang diambilnya dalam mengurus pegawai negeri yang mencapai 2% penduduk Indonesia itu. Tentu bukan itu saja yang kami timba dari Sarwono. Apalagi ia juga tak menolak untuk diajak berbicara mengenai berbagai hal -- terutama masalah sosial dan politik. Bahkan alumnus Jurusan Teknik ITB (1974) itu dengan tangkas menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan peserta diskusi, terutama yang berkaitan dengan masalah kenegaraan. Menteri Sarwono mau bicara "blak-blakan" dengan kami, karena hasil diskusi ini memang bukan untuk ditulis di TEMPO. Diskusi ini merupakan program "isi batere" bagi wartawan TEMPO -- istilah kami untuk ceramah-ceramah semacam itu yang memang kami selenggarakan rutin. Program ini kami adakan, kecuali untuk penyegaran bagi sebagian di antara kami, juga buat menambah wawasan bagi wartawan TEMPO yang masih muda-muda. Karena Menteri Sarwono mau menjawab hampir semua pertanyaan yang diajukan wartawan kami, tak terasa diskusi makan waktu hampir tiga jam. Kalau Sarwono tak mengajak untuk mengakhiri, karena ada acara lain, barangkali tanya-jawab bisa berlangsung sampai larut. "Ini kan malam minggu, lain waktu kita bisa diskusi lagi," kata Sarwono minta pamit. Ternyata Sarwono tak cuma bicara blak-blakan mengenai tugasnya. Ia secara terbuka mengkritik kami. Apa kata Sarwono tentang TEMPO? "Saya suka kesal kalau kalian salah menafsirkan ucapan saya," katanya ketika masih di DPR. Selain itu, ia juga menyentil jawaban kami pada Kontak Pembaca, yang menurut Sarwono sering membuat orang "dongkol". Kini masalah akurasi dalam tulisan juga disebutnya sebagai hal yang patut kami perhatikan. "Sebagai majalah berita mingguan, TEMPO menghadapi tuntutan akurasi yang sangat tinggi dibandingkan koran." katanya. Kritik Sarwono -- juga kritik yang disampaikan antara lain oleh Menteri UP3DN (kini Menteri Pertambangan) Ginandjar Kartasasmita, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Akbar Tandjung, dan Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono, yang berkunjung ke kantor kami sebelumnya, maupun yang disampaikan pencinta TEMPO lainnya -- tentu saja kami perhatikan. Karena kami juga terbuka terhadap kritik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini