Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Menguak tokoh kontroversial

Pemerintah melarang buku tan malaka, pergulatan menuju republik. padahal disertasi harry a poeze itu menguak misteri tokoh kontroversial. beliau bukan pki, melainkan bapak pejuang kemerdekaan.

10 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya terkejut membaca keputusan Kejaksaan Agung tentang pelarangan sejumlah buku, terutama buku Tan Malaka, Pergulatan Menuju Republik, jilid I, karangan Harry A. Poeze (TEMPO, 27 Mei 1989, Nasional). Buku ini merupakan disertasi Harry A. Poeze. Isinya sebenarnya ingin menguakkan tabir sejarah tentang tokoh kontroversial dan penuh mesteri itu. Dengan terbitnya buku itu, sebenarnya kita dapat mengenal lebih jauh siapa Tan Malaka, yang oleh Prof. Mr. Moh. Yamin dikatakan sebagai Bapak Republik Indonesia. Sebab, selama ini hampir seluruh generasi muda Indonesia tidak atau belum mengenal siapa Tan Malaka. Ini disebabkan pelajaran sejarah atau PSPB yang ada sekarang tak menyebut dia sedikit pun. Padahal, Tan Malaka seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1963, 28 Maret 1963. Alasan yang dikemukakan Kejaksaan Agung untuk melarang buku Tan Malaka itu ialah bahwa buku tersebut dapat merangsang pembaca dan mendalami ajaran-ajaran Marxisme/Leninisme-Komunisme. Tan Malaka pada 1919 memang menyatakan dirinya sebagai Marxis dan pernah menjadi Ketua PKI dan Komintern (Komunisme Internasional) untuk kawasan Asia Tenggara. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, dia justru menjadi musuh nomor satu PKI dan keluar dari Komintern -- mendekati Pan Islamisme. Bagi PKI, Tan Malaka adalah seorang Trotzkyis. Kemudian, di Bangkok, Tan Malaka mendirikan Pari (Partai Republik Indonesia) dan Partai Murba, yang salah seorang pengikutnya Almarhum Adam Malik yang pernah menjabat wakil presiden. Tan Malaka adalah guru perjuangan kaum Murba sekaligus Bapak Pejuang Kemerdekaan. Ia bukan komunis, bukan Leninis, dan bukan Trotzkyis. Tan Malaka adalah Tan Malaka, seorang yang mencita-citakan sebuah negara Republik Indonesia, yang selalu dekat dan membela rakyat. Alfian mengatakan, "Tan Malaka adalah pemikir pejuang yang kesepian." Tan Malaka secara intelektual banyak menghasilkan buku yang pada masanya belum terpikirkan oleh pemikir bangsa Indonesia. Karya besarnya, Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika), merupakan karya terbesar putra Indonesia sampai saat ini. Madilog mengajukan cara berpikir ilmiah dan kritis tidak statis, yang diperlukan bagi bangsa Indonesia. Buku ini merupakan esensi pemikirannya tentang bangsa dan tanah airnya. Sebuah pemikiran yang melihat tiga garis pokok kebudayaan yang membentang sepanjang sejarah. Garis agama, garis filsafat, garis ilmu pengetahuan, dan ilmu bukti. MEIRIZAL ZULKARNAIN (Ketua) Forum Pengembangan Kemanusiaan & Masyarakat (FPKM) (Forum for Humanity and Society Development) Jalan Kertamukti "Telaga Hijau" 78 E Ciputat 15419 Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus