DI tanah tinggi Karo, Sumatera Utara ada sebuah desa bernama
Lingga. (Lingga, berarti "tempat pertemuan", menurut penuturan
didirikan oleb seseorang bernama Sinulingga). Letaknya 4 Km dari
Kabanjahe -- ibukota kabuparen. Di desa itu masih terdapat
suasana asli, baik berupa arsitektur maupun tata kehidupan
penduduknya. Di sana ada 28 buah rumah asli Karo yang dikatakan
berusia 150 tahun lebih. Tapi di dekatnya juga terdapat 200
rumah yang terbilang tak asli lagi. Zakaria M. Passe melaporkan,
sebentar lagi rumab tak asli itu bakal digusur 20 meter dari
kompleks yang asli. Sementara rumah nan 28 akan dipugar.
Keunikan model rumah asli ini ialah: tak ada kamar, meski di
dalamnya terdapat 8 keluarga. Jendelanya kecil, dan rumah ini
tak kenal kunci. Masing-masing kepala keluarga punya dapur
sendiri, lemari sendiri. Sedangkan sebagai tanda adanya kamar,
mereka membuat tirai pemisah berupa sebelai kain. Dan bila malam
turun, lampu teplok pun dimatikan. Tapi sekalipun berada dalam
suasana gelap gulita, tambahan pula cuaca sejuk, toh penduduk
Lingga jarang punya anak sampai lima atau selusin. Begitu pula
keadaan yang pengabdi rumah masing-masing, tak sendirinya
mengakibatkan mereka suka sakit. Justru yang sering sakit
adalah kita yang tinggal di rumah yang tak asli itu", kata Ahmad
Rem Malik, kepala desa tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini