Saya menganggap tulisan Ir. T. Ibrahim, M.Sc., (TEMPO, 6 Juli 1991, Komentar) menganiaya saya (Farid Hardja). Setelah saya bertemu dengan dia, ia mengaku penggemar berat saya. Padahal, usianya sudah mencapai 65 tahun. Dan ketika saya jelaskan persoalan sesungguhnya yang terjadi pada diri saya, ia rupanya tidak mengikuti sampai tuntas persoalan itu. Memang, pada dasarnya, bila seorang lelaki bertikai dengan seorang wanita, maka setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa melihat persoalan sesungguhnya, langsung akan membela si wanita. Karena wanita dianggap kaum yang lemah dan perlu dilindungi. Di sinilah masalahnya: banyak orang yang tidak bisa memisahkan antara hukum dan perasaan. Selanjutnya, saya katakan kepada T. Ibrahim bahwa saya sungguh teraniaya oleh tulisannya. "Bila Anda tidak memperbaikinya, niscaya Allah akan menghukum dan mencelakakan Saudara. Dan ingat! Allah tidak akan mempermalukan ucapan saya.' Akhirnya, tulisan saya ini (tulisan tangan -- Red.) berpesan kepada seluruh pembaca dan juga Majalah TEMPO, hentikanlah segala sangka buruk yang menista. Sebab, peristiwa yang menimpa saya ini bukan yang sensasional. Tapi, peristiwa ini benar-benar suatu bencana yang banyak mengandung hikmah, terutama untuk saya pribadi. Sehingga saya terpilih untuk membaca doa, "Semoga bencana ini akan menjadikan pahala buat saya, ya Allah, dan semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik. Amin ya Rabbil Alamin". FARID HARDJA Penyanyi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini