SAYA ingin menanyakan sikap TEMPO terhadap kaum kulit kuning, khususnya warga keturunan, sehubungan dengan gambar diskriminatif yang telah dimuat di TEMPO Edisi 29 Januari-4 Februari 2001, halaman 13. Jika kaum keturunan digambarkan di TEMPO, biasanya sosoknya sangat jelek. Matanya sipit seperti garis dan giginya sangat menonjol. Gambar semacam itu mengingatkan saya pada karikatur zaman kolonial. Pada waktu itu, orang bule memang suka menggambarkan orang Tionghoa atau orang Jepang begitu jelek karena menurut mereka kedudukan orang Asia jauh lebih rendah dibandingkan dengan kaum kulit putih. Sekarang, sikap semacam ini tidak ditoleransi lagi di negara-negara Eropa atau Amerika Serikat. Jika gambar yang menjelek-jelekkan karakteristik etnis tertentu dimuat di media massa, mereka siap menerima kecaman yang sangat tajam.
Sekarang, pertanyaan saya adalah kenapa majalah seperti TEMPO, yang sudah mendapat prestasi tinggi secara internasional, masih merasakan bebas memuat gambar yang bersikap diskriminatif terhadap etnis tertentu. Kalau melihat lingkungan kita, jarang kita melihat keturunan Tionghoa yang matanya sipit berupa garis atau giginya menonjol seperti digambarkan beberapa kali dalam TEMPO (lihat edisi 14-22 Februari 1999, Pilihan Politik Keturunan Cina, atau edisi 13-19 Oktober 1998, Siapa yang Diperkosa Mei Lalu). Saya mengharapkan TEMPO bersikap lebih fair terhadap semua etnis yang tinggal di Indonesia.
YUKI ANGGRAINI NATYALAKSITA
Jalan Kelapacengkir Barat V FL1/15, Jakarta Utara 14240
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini